Lencana Facebook

Sabtu, 08 Mei 2010

Pelajari Islam Secara Lengkap




Suatu hari Rasulullah saw kedatangan para shahabat. Mereka adalah bekas pemeluk Yahudi yang taat dan disegani kaumnya. Mereka adalah Tsa’labah, Abdullah bin Salam, Ibnu Yamin, Asad dan Usaid bin Ka’ab, Said bin Amru serta Qais bin Zaid. Walaupun mereka telah memeluk agama islam, mereka ingin minta dispensasi dari Rasulullah saw. Mereka minta izin, walaupn sudah menjadi bagian dari masyarakat Muslim, mereka kiranya diperkenankan melaksanakan ibadah Sabtu dan mempelajari Taurat secara lebih mendalam. Rasulullah saw tercenung. Permintaan mereka dapat dipahami, karena dari masih balita rutinitas mereka memang sudah demikian, ibadah Sabtu dan mendalami Taurat.
Allah swt membantu Rasul Nya dengan menurunkan S. Al Baqarah 208 :


208. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Mereka yang datang menjadi terdiam. Rasulullah saw memberikan penjelasan akan ayat tersebut. Jika sudah islam, tak perlu lagi mengikuti ajaran Yahudi. Jika sudah Islam, Al Quran sudah cukup untuk dijadikan pedoman. Al Quran itu sudah lengkap. Taurat sudah kadaluarsa, sudah expire. Ikuti sajalah Al Quran, karena didalamnya telah dimuat semua kebutuhan umat sampai akhir zaman.
Taurat dan al quran sama sama produk langit, sama-sama wahyu. Tapi ketika al quran datang maka taurat tidak lagi berlaku. Sekarang malah, produk manusia lebih diimani ketimbang alquran. Sebut saja primbon atau undang-undang. Ketka sholat, acuannya al quran. Ketika ibadah lain ???????????. Padahal alquran telah mengisyaratkan ikut al quran secara totalitas. Jika ada keyakinan tradisi atau doa tradisi sesuai dengan al quran, lanjutkan. Namun bila nyata bertentangan, kita wajib meningggalkan secara ikhlas. Mencampurkan antara islam dengan tradisi berarti keislamannya tidak lagi murni.
Ibarat emas, jika tidak murni disebut imitasi. Emas imitasi tidak ada harganya. Bagaimana dengan iman dan islam kita yang tidak murni ????. Adakah nilainya dihadapan Allah swt ?????????.
Seorang janda yang habis masa iddahnya kemudian menikah lagi. Respon masyarakat mencapnya sebagai yang tidak manusiawi. Padahal islam tidak melarangnya. Seorang ustadz beristeri lebih dari satu dan dia berkemamapuan. Bagaimana reaksi ibu-ibu yang selama ini mengikuti pengajiannya. Si ustad tak lagi dipakai dalam majlis ta’lim ibu-ibu itu. Atau seorang kyai yang menikahi anak gadis, dianggap menentang undang-undang perlindungan anak dan HAM. Begitulah zaman kita sekarang. Mengikuti ajaran islam yang kaffah dianggap menyalahi aturan. Karena keislaman kita memang lebih banyak dipengaruhi oleh undang-undang dan peraturan-peraturan produk manusia ketimbang undang-undang dan peraturan-peraturan produk wahyu.
Yang menutup aurat secara utuh dianggap kolot. Karena bukan produk Indonesia. Membuka rumah makan siap santap disiang hari ramadhan atas nama tuntutan ekonomi biasa. Menikahkan gadis dengan tenaga kontrak luar negeri lebih baik ketimbang bekerja di bar atau diskotik. Membiarkan harta warisan tidak dibagi lebih baik ketimbang dibagi.
Lebih aneh lagi, yang mendemo undang-undang pornografi malah mereka yang berjilbab dan tidak sedikit yang memakai lobe. Demikian juga yang mendemo keberadaan Ahmadiyah. Padahal mereka sesama umat islam. Jika semua datang dari nurani yang dalam berarti keislamannya masih dalam taraf sebutan. Karena islam tidak demikian. Jika memang ada dalangnya, alias direkayasa, ini berarti si dalang berhasil memanfaatkan umat islam yang banyak seperti buih dan mayoritas yang tidak berkwalitas.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops