Lencana Facebook

Sabtu, 21 Mei 2011

Kajian tentang scholastic

Scholastic (pengetahuan abad pertengahan), bertujuan untuk membuktikan kekebalan ajaran gereja. Uraian lengkapnya, scholastic adalah ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah dan universitas-universitas di Eropa zaman pertengahan abad ke-9 sampai abad ke-16. Filsafat ini tidak dapat disebut dengan apa yangdisebut filsafat sekarang. Dizaman pertengahan filsafat ini merupakan “ilmu pengetahuan” yang dalam segala-galanya tunduk kepada gereja katholik, ia tak henti-hentinya dikontrol oleh theology tersebut dan kerjanyapun cuma menyelenggarakan dasar-dasar yang perlu bagi dogma-dogma dan ajaran-ajaran gereja Katholik itu. Karena itu filsafat scholastic biasanya disebut ancill theologiae (budak suruhan theology).
Filsafat scholastic ini berdasarkan ajaran Aristoteles dan jagonya yang paling terkenal adalah Thomas dari Aquino. Pandangan Aristoteles menurut apa yang disampaikan oleh orang Islam kepada mereka dan kemudian dimasukan dalam ajaran gereja Nasrani oleh Thomas Aquino. Apa yang terdapat dalam ajaran itu dianggap benar, itulah yang benar, yang menyimpang pasti salah. Mereka yang menyimpang dari ajaran yang benar atau berpegang pada ajaran yang salah disebut bid’ah. Zaman ini adalah zaman rasa haru terhadap agama. Banyak orang yang meniru Agustinus salah seorang imam gereja yang terkenal yang memandang sejarah sebagai suatu drama kesejahteraan. Karena perbuatan malaikan Lucifer yang telah jatuh itu, maka tak lama setelah alam diciptakan Tuhan, mausia jatuh ke lembah dosa. Pada dasrnya manusia tertolong, karena Tuhan mengorbankan satu satunya putranya yakni Kristus. Tak lain agar orang terlepas dari dosa-dosa itu. Orang menanti kedatangan kembali Yesus Kristus yang akan mengusir iblis dari dunia ini dan mendirikan kerajaan cinta seribu tahun yang suci, mendesak Civitas Mundi (kerajaan duniawi) dan menggantikannya dengan Civitas Dei (kerajaan Tuhan). Segala yang bersifat duniawi pada dasarnya, termasuk dalam negara yang dikuasai iblis, sebab itu jahat.
Sebelum mengkaji lebih jauh, ada baiknya dikaji dulu orang yang menyebarkan ‘ilmu’ yang kemudian ‘ilmu’ itu menjadi dasar lahirnya scholastic, karena seperti diuraikan sebelumnya, scholastic lahir berdasarkan ajaran Aristoteles. Aristoteles berasal dari Stagira (384-322 SM), termasuk salah seorang Filsuf terbesar. +/- 366 SM ia belajar ke Athena dan berguru pada Plato dan mengajari Raja Iskandar, Raja Macedonia. Tahun 334 SM ia kembali ke Athena dan mendirikan sekolah. Ia terpaksa melarikan diri setelah 12 tahun kemudian karena dituduh mengengkari dewa-dewa. Dia pula yang pertama sekali menulis suatu uraian tentang logika dan menyusul karangannya yang lain Filsafat pertama yang belakangan disebut ‘Metafisika’ (pengetahuan tentang hakekat dari benda-benda yang kita alami dalam dunia nyata yang bersifat transenden (artinya mengatasi kesanggupan manusia untuk mengalaminya, tidak dapat dialami oleh manusia, seperti hakekat dari suatu benda (hal)). Menurut Kant dan pengikut-pengikut positivism (aliran filsafat yang didasarkan oleh A. Comte seorang bangsa Prancis yang membagi 3 (tiga) tingkatan, seperti theology, metaphysic dan positif), bahwa segala mcam pengetahuan mengenai hal-hal yang mengatasi pengalaman kita (pengetahuan tentang hakekat sesuatu, misalnya) adalah spekulasi belaka. Manusia hanya dapat mengetahui apa yang dialaminya. Hakekat dari suatu benda mengatasi pengalaman kita, karena itu menurut Kant, metefisika menurut ilmu Aristoteles adalah mustahil. Metafisika yang dimaksud adalah metafisika yang bercorak objektif, sejak abad 20 timbul pula metafisika yang bersifat subjektif.
Metafisika ini merupakan filsafat yang berdasarkan pada seluruh pribadi orang yang melakukannya., jadi tidak saja akal atau rasionya yang dipakai untuk berfilsafat , tapi juga perasaan dan kemauan, pendek kata seluruh pribadinya berusaha untuk menyelesaikan soal-soal yang dihadapinya. Yang hendak diketahui oleh Metafisika ini ialah kenyataan mutlak (absolute wirklichkei). Metafisika semacam ini sering disebut-sebut dikalangan existensialisme, suatu kalangan yang bertolak belakang dengan kemajuan (evolusionisme) dan filsafat idealism yang memberikan kepastian dan ketenteraman pada umat manusia yang mabuk akan optimisme ketika itu atau tidur pada suasana yang serba memuaskan itu. Hal itu pulalah penyebab salah satu timbulnyaperang dunia pertama. Terakhir baru mereka menyadari. Padahal sejak dini sudah ada filsuf-filsuf seperti Nietsche, Kieekegaard,dan Dostojewski. Sejak itu pula hilangnya kepercayaan orang pada kebenaran abstrak dan umum yang dianjurkan evolusionisme dan idealism dan bangkitnya keinginan untuk mengenal keadaan dalam bentuk sekonkrit-konkritnya.
Keuntungan pertama yang dapat diambil dari hal itu adalah kembalinya sifilsuf ke tengah-tengah masyarakat/ penghidupan. Dengan kata lain, ia tidak lagi sebagai penonton. Sungguhpun Kant memustahilkan Metafisikanya Aristoteles yangdidahului oleh fisikanya, uraian ini sebenarnya jauh lebih besar nilai logosnyadari pada logikanya tadi. Tapi perkembangan ilmu pengetahuan zaman modern saat ini banyak dipengaruhi oleh pikiran-pikiran maupun pendapat Aristoteles.
Orang top yang menghidupkan scholastic adalah Thomas dari Aquino (1225-1274), orang suci dan pujangga gereja bangsa Itali, salah seorang anggota Tarekat Dominikan (ajaran yang memerangi faham-faham salah/bid’ah) di Prancis Selatan. Thomas juga seorang ahli theology Katholik terbesar. Dia pula yang menyesuaikan filsafat Aristoteles dan ajaran Katholik tentang iman dan kesusilaan. Bukunya tentang penyesuaian kedua ini ditulisnya dalam “Summa Theologica” yang termashur. Sebagai peringatan atas jasanya, diadakan hari peringatan mengenang Thomas Aquino, setiap tanggal 07 Maret.
Seperti kebanyakan ilmu-ilmu lain yang memiliki cabang,scholastikpun demikian. Salah satu cabang scholastic adalah Realisme., suatu faham bahwa pengertian-pengertian umum berdasarkan realitet (kenyataan). Apa yang ada didunia luar, sesuatu yang adanya (wujudnya) tidak tergantung pada manusia, realitet seperti ini dinamakan realitet objektif (tidak tergantung pada subjek). Ada juga realitet yang yang merupakan kenyataan dalam cita-cita, ingatan atau pikiran manusia yang disebut realitet subjektif. Lawan dari realitet adalah nominalisme. Nominalisme (dari bahasa Latin, nomen, nama), mengajarkan bahwa pengertian umum itu (seperti manusia,, binatang dan sebagainya) sekali kali tidak berdasarkan realitet (tidak berwujud). Menurut Nominalisme pengertian pengertian umum tersebut hanya merupakan nama (nomina rerum)bagi hal-hal yang kita hadapi. Bagi realism dunia luar (kenyataan, realitet), sungguh-sungguh berwujud, lawannya adalah idealism. Filafat idealism mengajarkan segala yang kita alami dan kita ketahui pada hakekatnya berwujud dalam kesadaran manusia. Idealism mengajarkan bahwa dasar dari segala –gala yang ada adalah ide belaka. Dalam filsafat Plato, ide ialah pengertian pengertian umum yang yang menyatakan hakekat dari benda-benda dan hal-hal yang kita jumpai dalam hidup kita, hakekat dari benda-benda dan hal-hal yang kita jumpai dalam hidup kita bersifat inteligibel artinya hanya dapat dipahami dengan akal, hanya dapat diketahui dengan intelek.
Menurut Kant, suatu hal atau benda disebut inteligibel, jika hal (benda) tersebut dapat ditangkap dengan akal dan tidak dapat dialami dengan panca indera. Menurut Decrates, ide adalah bayangan dari suatu benda atau hal, yakni bayangan dalam kesadaran (pikiran) manusia. Menurut filsafat Kant, ide adalah suatu pengertian yang hanya berdasarkan akal manusia dansekali-sekali ttidak mengenai suatu kenyataan. Jadi tidak objektif. Dalam filsafat ini ide berfungsi untuk mengatur dan memimpin cara manusia berfikir. Dalam bahasa sehari-hari idelisme artinya pendirian atau kelakuan yang berdasarkan pada sesuatu atau cita-cita yang luhur.
Dalam filsafat modern, realism dibedakan pada 3 macam, yakni :
1. Realisme Naif, menurut Realime inikeadaan dunia luar (realitet) itu adalah seperti yang kita alami dengan panca indera kita.
2. Realism Transedental, realism ini kelihatan pada ajaran filsafat Kant. Menurut Realisme ini yang kita alami dan ketahui itu adalah “Erscheinung” (penjelmaan) belaka dari dunia luar, Realitetan sich.
3. Realisme Kritis. Menurut Realisme Kritis ini pengalaman-pengalaman kita mengenai dunia luar itu belum lagi melukiskan bagaimana keadaan realitet sebenarnya, tapi karena akal kita, dapatlah kita menyelami segala rahasia tersebut, dengan demikian secara berangsur-angsur akhirnya segala realitet itu kita ketahui.

Realisme boleh disebut hampir bersamaan dengan Fenomenalisme, sebutan untuk pendirian, bahwa yang dapat diketahui manusia bukan benda an sich tapi hanya fenomen (fenomenon), atau penjelmaan dari sesuatu benda atau hal. Jelasnya pendirian ini berpendapat , bahwa segala pengetahuan manusia hanya berdasarkan pengalamannya, jadi hanya mengenai pengalamannya tentang sesuatu benda atau hal. Jadi segala apa yang menguasai (mengatasi) pegalaman tidak mungkin dikenal manusia. Fenomena yang terkenal adalah pendirian Kant. Sementara Neo Realisme, sebutan dari filsafat Inggeris menentang Hegelianisme dan Neohegelianisme yang bercorak spekulatif dan mengemukakan metode yang lazim dipakai dalam ilmu-ilmu alam.
Kesimpulan :
- Scholastic adalah filsafat yang beda jauh dengan filsafat yang ada saat ini. Tepatnya sesudah abad ke-16.
- Scholastic sebagai suatu ilmu/filsafat tidak mengenal experiment/penyelidikan. Orang yang menganut faham scholastic adalah orang yang lebih mengutmakan perasaan ketimbang akal.
- Scholastic adalah ajaran Aristoteles yang dikembang dan disempurnakan oleh Thomas dari Aquino.
- Aliran dalam scholastic, antara lain Realisme yang berlawanan dengan Nominalisme dan Idealisme.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops