Lencana Facebook

Sabtu, 08 Mei 2010

ADA APA DI DALAM QUBUR


Aisyah ra pernah bertanya kepada Rasul saw : semua umatmu akan diajukan pertanyaan nanti di dalam qubur, bagaimanakah saya ini hanya seorang wanita yang lemah … ? Rasuluhllah saw menjawab : Allah swt akan meneguhkan iman orang – orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Hal ini sesuai Firman Allah dalam Al Qur’an S. Ibrahim 27. Hadits Riwayat Al- Bazzar.
Hamba Allah semacam Aisyiyah ra yang imannya serta amal shalehnya tidak diragukan lagi, masih cemas serta khawatir tentang persoalan di alam barzakh, sang suami yang rasul lewat ayat menenangkan kecemasan itu, bahwa bagi orang yang semasa hidupnya dipenuhi dengan kalimah Thoyyibah, yakni Iman, amal saleh, amar ma’ruf serta nahi munkar, akan dibantu oleh Allah swt untuk menjawab segenap pertanyaan munkar dan nakir. Seperti isyarat dalam Surat Ibrahim 24.
Sesungguhnya kubur itu sempit dan menjepit, jika seseorang selamat karena mampu menjawab segenap pertanyaan, maka untuk seterusnya akan amanlah perjalannya. Musnad Ahmad 6 : 98. pertanyaan yang diajukan itu adalah, pertama : Siapa Tuhanmu, Kedua : Apa Agamamu, Ketiga : Siapa nabimu serta keempat : ditayangkan gambar dan ditanya siapakah itu, dan terakhir yang kelima : Apa yang anda peroleh dari yang punya gambar itu ( Muhammad rasuluhllah saw ). Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Hakim dan Baihaqi. Jawaban dari kelima pertanyaan itu tidak usah dihapal dari sekarang, sebab ia akan muncul sendiri oleh iman dan prilaku saleh ketika di dunia.
Acapkali kejadian, disaat hendak menanam jenazah diperkuburan yang rendah apalagi di musim penghujan, lobang yang telah digali penuh dengan air. Meski ditimba, namun air yang muncul tidak bisa dikalahkan, pada akhirnya mayat dibenamkan begitu saja, ditutup papan serta ditimbun tanah. Betapakah perasaan seseorang bila melihat keadaan yang seperti ini. Pikiran dunia kita tentu akan menjawab si mayat akan megap, kedinginan, sendirian, gelap tanpa penerangan.
Sahabat Nabi saw semisal Usman bin Affan akan berurai air mata jika mendengar apalagi melihat sendiri penguburan jenazah ketika ditanya, kenapa dia bisa seperti itu, beliau menjawab : kubur itu sempit, gelap, banyak ulat serta kita benar – benar ditinggal sendiri. Anak, istri, sahabat dan harta begitu tega meninggalkan kita, tinggallah badan sebatang kara bersama iman dan amal saleh.
Setiap kita telah banyak mengantar jenazah ke perkuburan, tetapi kenapa tidak nampak pengaruhnya pada cara pikir dan kelakuan keseharian kita. Andaipun barangkali ada satu orang yang bisa keluar dari kubur saat ini, terus dia bisa pula kembali kerumahnya selanjutnya menceritakan pengalaman yang ia rasakan disana, hampir dapat dipastikan hanya sedikit sekali diantara yang masih hidup yang dapat mengambil pelajaran. Begitu dahsyatnya kedegilan otak manusia untuk dapat menyerap kebenaran meski ada fakta nyata.

Ketidak mampuan akal sehat manusia untuk menangkap ajaran – ajaran kebenaran adalah karena didesak oleh kebutuhan riil yang bersifat kebendaan, sehingga apabila ia dihadapkan dengan persoalan ghaib, apakah itu yang berupa ancaman maupun kabar gembira seolah tidak mendapat tempat yang layak. Hampir sama perbandingannya , beras baru dimasak zaman dulu, atau bunga tanjung yang harum semerbak dizaman dulu, maka kini aroma beras begitu juga aroma bunga tanjung meski disentuhkan ke hidung tak bisa lagi dirasakan. Hal itu disebabkan betapa kotornya udara akibat polusi. Demikian pula halnya dengan keyakinan, dia telah terpolusi dengan pikiran kebendaan, harta, uang yang telah menyelimuti seluruh pikiran dan otak manusia akhir zaman.
Bukankah kita telah diperingatkan, bahwa berleha – leha berlomba saling menimbun harta, hingga mendekati liang kubur. Keseharian terus menumpuk jika malam tiba yang terkumpul dihitung, meski barangkali hanya sekedar melihat angka yang tercantum pada buku tabungan umpamanya, atau sekedar melihat – lihat sertifikat tanah, sudah muncul rasa kepuasaan. Sepertinya kesemua yang kita kumpulkan itu mampu mempertahankan kehidupan untuk abadi, atau sepertinya hidup dengan setumpuk persoalan bisa diatasi dengan harta.
Allah swt dan Rasulnya tidak pernah memaksa seorangpun untuk mempercayai ajaran Qur’an tetapi biarlah seseorang itu menggunakan akal pikirannya yang menjadi persoalan adalah kenapa setelah seseorang itu mengaku muslim, namun kemudian justru ia tidak begitu percaya kepada isi Al – Qur’an itu, inikan aneh. Hampir sama anehnya jika mempercayai orang yang dipanggilnya sebagai Ayah dan Ibu, adalah ayah dan ibu kandungnya. Akan betapakah perasaan Ayah dan Ibu kita jika masih meragukan kebenaran bahwa merekalah sebenarnya orangtua kandung kita. Percayakah kita?

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops