Lencana Facebook

Minggu, 09 Mei 2010

Belajar dari hewan

Allah swt berfirman dalam al Quran surat An Nahl ayat 66 :
66. dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu.
Allah swt juga berfirman dalam Al Quran surat Al An’am ayat 38 :
38. dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.
Bentuk kesamaan itu adalah pada sesama makhluk, hidup dan mati sama-sama memiliki rezeki. Namun dengan akalnya manusia memiliki nilai tambah jika itu diberdayakannya dengan maksimal, bila tidak bisa manusia itu sama saja atau bahkan bisa jadi lebih rendah dari pada hewan sekalipun. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat At Tien 4-5:
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
5. kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
Isyarat yang sama juga disampaikan Alah swt dalam Al qquran surat Al A’raf 179 :
179. dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
Ketika seekor musang berbuat kenakalan, ia hanya mengambil seekor ayam atau dua buah pisang, tapi jika kenakalan manusia yang keluar, maka ia akan mengambil melebihi dari pada yang diambil musang. Ayam dan itik adalah hewan jenis unggas yang akrab dalam keseharian kehidupan manusia. Mereka akan jadi korban ketika manusia itu lahir, syukuran, pernikahan bahkan meninggal. Itu untuk dikonsumsi. Lain lagi saat berjangkit flu burung, mereka juga jadi korban, dimusnahkan tanpa ampun. Demikian juga dengan telur keduanya. Walau demikian akrabnya kita manusia dengan unggas ini, namun ada yang barangkali luput dari perhatian kita tentang megasuh anak.
Seekor ayam, akan berusaha mengais untuk menemukan makanan, begitu dia temukan sebutir beras umpamanya, secara khas ia akan memanggil anak-anaknya, hingga kemudian diantara anaknya terjadi perebutan dan tak jarang saling kejar bahkan kerkelahi. Kejadian seperti ini akan terus berlangsung sampai kemudian sang anak mampu mengais makanan sendiri.
Hal yang berbeda terjadi pada itik. Ia akan menggiring anak-anaknya ke tempat yang ia anggap banyak menyimpan makanan dan di sana ia akan memberi keleluasaan pada anaknya untuk mencari mkan sendiri. Sampai akhirnya mereka pulang bwesama-sama dengan keceriaan dan kegembiraan yang kita mendapat inspirasi, seperti itik pulang petang yakni tembolok penuh jalannya lamban.
Jenis unggas memang mendapat perlakuan takdir yang berbeda jauh apabila kita banding dengan hewan pemakan rumput atau daging. Jenis hewan yang terakhir ini menyusukan anaknya sekaligus juga mendapat makanan tambahan. Artinya ketergantungan pada induk lebih tinggi pada hewan menyusui termasuk haya watun natiq, hewan yang pandai berbicara, yakni kita manusia.
Jadi sepertinya pada kehidupan ayam dan itik ada yang patut dipelajari oleh manusia yang berakal dan tentunya merupakan sumber inspirasi bagi kita.. yang jelas kemandirian lebih segera ditemukan pada dunia itik serta minus tawuran. Sementara ketergantungan pada induk serta perkelahian karena latar belakang perebutan lebih menonjol pada dunia ayam. Apakah sifat ayam dan itik dapat mempengaruhi sifat manusia yang banyak mengkosumsi kedua jenis hewan itu, tentu perlu penelitian lebih jauh.




Selanjutnya mari kita belajar dari sumber alam tentang perlakuan anak kepada ibunya. Pertama anak pisang. Anak pisang secara alami akan mengellingi induk sampai akhirnya akarnya menggantung sehingga batang tinggal sebesar betis, jantung sebesar kepalan tangan, ketika timbul buah, hanya lebih kurang sebesar jemari, padahal namanya pisang ambon. Alangkah baiknya jika saja antara anak dipisah dengan induk, sehingga akan muncul tandan yang standart.
Kedua, anak gilingan cabe, ia akan terus menari diatas induk, meski sebenarnya sang induk sudah legok. Tugasnya hanya akan melumat apa yang ada diatas induk. Ketiga, anak panah , setelah diarahkan kepada sasaran yang akan dituju, berhasil atau tidak, pernahkan anak panah atau ketapel pulang ke induk ………?. Keempat anak tangga. Posisinya menggunakan induk kanan dan kiri serta fungsi keberadaannya menjadi pijakan bagi mencapai posisi yang lebih tinggi.
Jika kita mengamati hubungan antara anak dan orang tua tidak lebih dari keempat macam bentuk di atas dan kiranya kita berada seperti sifat anak tangga, yang mampu meningkatkan marwah serta martabat orang tua, baik dihadapan sesame manusia apalagi dihadapan Allah swt.
Rasa cinta dan sayang orang tua kepada anak adalah ketentuan dari Sang Maha Pencipta, namun rasa hormat serta sayang anak kepada orang tua adalah hasil pendidikan. Al quran banyak memerintahkan agar anak berlaku ihsan kepada orang tua. Oleh karenanya, ketika kita gagal mendidik anak, maka siap-siaplah kita untuk menuai kedurhakaan.
Dikala ajal mendekati Nabi Ya’kub as, ia memanggil putra putrinya berkeliling disamping tempat tidurnya, ketika itu ia mengajukan satu pertanyaan.
Hal ini diisyaratkan Allah swt dalam al quran surat Al Baqarah 133.
133. Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Orang tua yang bijak, hendaknya memiliki kekhawatiran dan keraguan tentang masa depan aqidah serta ibadah putra putrinya dengan tanpa meremehkan masa depan ekonominya. Sangat bias jadi barangkali, kesakehan seorag anak itu, tidak ditemukan ketika orang tuanya masih hidup, namun sesudah kewafatannya barulah Hidayah Allah itu muncul sebagai hasil dari sebuah doa seperti isyarat Al quran dalam surat Al Furqan 74 :

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops