Lencana Facebook

Sabtu, 08 Mei 2010

Kemalangan menuju Malang


Muhammadiyah adalah organisasi terbesar yang pernah tercatat dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia . Tidak sedikit kader putra putri terbaik Muhammadiyah yang memiliki andil dalam menegakkan Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia . Sebut saja, Ki Bagus Hadikusumo, Kahar Muzakkar diawal-awal kemerdekaan. AR Fachruddin dengan ciri khas dakwah Beliau, menjadikan Muhammadiyah tetap eksis sampai detik ini. Karena masa kepemimpinan Beliau, Pemerintah menerapkan azas tunggal. Amien Rais, yang dengan terawangannya didukung gerakan mahasiswa dan masyarakat, berhasil mengakhiri sepak terjang kekuasaan orde baru. Insya Allah, Muhammadiyah akan terus dan tetap eksis sampai akhir zaman.

Muktamar, adalah forum musyawarah tertinggi dalam persyarikatan. Semenjak 5 periode yang lalu sebelum kepemimipinan sekarang setiap pertemuan atau Muktamar digelar, senantiasa diramaikan oleh anggota maupun simpatisan Muhamadiyah. Momen Muktamar yang bersamaan waktunya dengan liburan anak sekolah, menjadi wahana pertemuan antara anggota dan simpatisan dari seluruh Indonesia . Dari Sabang sampai Merauke. Bahkan juga dari luar negeri. Para anggota dan simpatisan yang datang dengan keikhlasan dari berbagai pelosok tanah air dengan biaya sendiri, menandakan kecintaan mereka terhadap gerakan persyarikatan yang didirikan KHA Dahlan allahu yarham ini. Dalam istilah mereka yang datang ini disebut dengan penggembira. Para penggembira ini, oleh panitia tempat akan disediakan pemondokan seperti di rumah-rumah penduduk, di unit-unit amal usaha Muhammadiyah seperti sekolah-sekolah dan unit amal usaha lainnya. Berbeda dengan para peserta yang diberi mandat oleh persyarikatan dan terikat dengan acara-acara, para penggembira ini justru bebas dan merdeka. Mereka tidak terikat. Mau kemana, dan mau ngapain terserah. Biasanya panitia tempat mengadakan kegiatan sampingan untuk para penggembira. Atau para penggembira sendiri yang berinisiatif jadwalkan kegiatan internal mereka. Jadi sementara para peserta berkutat dengan berbagai macam kegiatan untuk memikirkan gerak Muhammadiyah ke depan,para penggembira menggembirakan hati mereka dengan berekreasi atau aktivitas lain yang tidak mengikat. Tidak sedikit yang memboyong keluarga besarnya. Anak isteripun dibawa.

Karena sudah berkali-kali berpartisipasi sebagai penggembira, mulai dari muktamar Muhammadiyah di Yogya, muktamar Muhammadiyah di Banda Aceh, dan muktamar Muhammadiyah di Jakarta, oleh kawan-kaawan di PDM Binjai, pada Muktamar Muhamadiyah ke-45 yang lalu di kota apel Malang, saya ditunjuk menjadi koordinator penggembira dari Binjai dengan tugas menginventarisir para anggota dan simpatisan yang berminat ikut serta sebagai penggembira, mendampingi mereka ke Malang dan bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang menimpa mereka. Begitu sosialisasi muktamar diadakan, beberapa orang langsung mendaftarkan diri untuk turut serta. Penggmbira yang berangkat dibagi dua kelompok, satu kelompok dengan pesawat udara, satu lagi kelompok kapal laut. Karena kemampuan financial saya di kapal laut, maka penggembira lewat kapal laut jadi tanggung jawab saya. Setiap peserta yang mendaftar, langsung saya belikan tiket kapalnya. Mengingat bersamaan dengan hari libur anak sekolah. Sampai H min dua dari jadwal keberangkatan, masih saja ada yang mendaftarkan dirinya untuk ikut rombongan. Bahkan ada pula diantara penggembira yang awalnya mendaftar, kemudian menarik kembali pendaftarannya dengan alasan ingin naik pesawat, belakangan kembali mendaftarkan diri karena beberapa hari menjelang Muktamar ongkos pesawat mengalami kenaikan yang lumayan besar. Bahkan tidak hanya mendaftarkan diri sendiri, malah berdua dengan isterinya. Sampai pada hari keberangkatan, suami isteri yang paling akhir mendaftar sudah menunjukkn sikap yang lain. Beliau komplain dengan fasilitas yang disediakan olah travel, karena saling berhimpitan dengan sekalian barang penumpang. Dari Binjai ke Belawan, kami disediakan L-300. bergabung dengan penumpang lain yang juga akan berangkat dengan menggunakan kapal laut.

Dilepas oleh PDM Binjai, kamipun berangkat menuju Belawan. Tercatat ada 17 orang yang harus saya pertanggung jawabkan selama dalam perjalanan menuju Malang . Dua pertiganya ibu-ibu manula, sebagai komitmen awal yang telah disepakati, tugas kordinator adalah menghantarkan para penggembira sampai ke Malang . Selepas di Malang kemungkinan ada penggembira yang akan dijemput keluarganya atau ingin ke rumah keluarganya, maka itu sudah diluar tugas kordinator. Dalam perjalanan menuju Belawan, seorang teman peserta penggembira menelepon saya karena L-300 yang ditumpanginya dengan rombongan lain mengalamai kerusakan. Teman yang menelepon meminta saya mencarikan solusinya. Saya katakana saja, karena dia bukan satu-satunya penumpang di L-300 itu, maka berembuk saja antar mereka untuk mencari jalan keluarnya. Bagaimana mungkin saya di rombongan L-300 yang lain beserta dengan rombongan yang ada kembali untuk bergabung dengan bus L-300 yang mengalami kerusakan. 10 menit menjelang kapal melaut, jangkar diangkat, rombongan bus L-300 yang rusak tiba di Belawan. Saya sempat cemas, karena dari information sudah menginformasikan agar para penumpang kapal segera naik ke kapal karena kapal akan segera diberangkatkan. Alhamdulillah. Setelah mencek segala sesuatunya, kamipun barengan naik ke kapal.

Hari Selasa, hari pertama di kapal, beberapa bapak-bapak manula rombongsn saya mempertanyakan discount dari harga tiket kapal. Karena memang tercatat, usia sekian tahun ke atas dengan bukti foto copy diri akan mendapatkan discount dari Pelni. Awalnya saya sempat kebingungan untuk memberikan jawaban, karena berapa ongkos yang ditetapkan pihak travel untuk kelas wisata sebanyak itulah yang saya berikan tanpa mau tahu dengan yang lainnya. Sebenarnya, jika saja para Bapak-bapak itu menyadari posisinya dan faham kesepakatan awal, seyogyanya berapa harga segala macam tetek bengek itu, mereka tidak perlu tahu. Karena panitia pemberangkatan muktamar, c.q kordinator penggembira telah disepakati dengan biaya lima ratus ribu rupiah adalah biaya yang dibebankan kepada penggembira yang ingin turut serta ke Malang . Perkara berapa biaya yang digunakan, koordinator penggembira akan mempertanggung jawabkannya ke PDM melalui panitia pemberangkatan muktamar. Hal ini sudah coba saya jelaskan, tetapi sebagian mereka tetap mengotot untuk menjelaskan perinciannya. Masya Allah. Terakhir, kami terpaksa melibatkan pihak Pelni yang ada di kapal dengan menanyakan segala sesuatu yang menjadi ganjalan para Bapak-bapak ini. Akhirnya, mereka dapat menerima. Alhamdulillah. Kegalauan saya menghadapi tingkah para Bapak-bapak manula terbaca oleh ibu-ibunya. Mereka bersimpati kepada saya dan memberikan saya uang saku. Saya awalnya menampik, karena saya tidak ingin dikira macam-macam. Karena mereka terus memaksa akhirnya pemberian mereka saya terima. , Alhamdulillah.

Hari Rabu, hari kedua kapal singgah di Batam. Beberapa rombongan saya yang mempunyai keluarga di Batam sempat plesiran. Saya sebenarnya diajak dan sudah saya iyakan walaupun hati mendua. Ikut plesiran atau tetap di kapal dengan anggota rombongan lain. Akhirnya kedua-duanya tidak. Karena saya mempunyai sepupu juga di sini, setelah mendapatkan no hp nya, saya hubungi sepupu dan mendapat jawaban dengan terpaksa tidak dapat menjemput saya karena sedang ada tugas yang tidak dapat ditinggalkan. Olehnya saya disarankan untuk menghubungi keluarga yang lain di Batam dan sarannya saya ikuti. Dari informasi tanya sana tanya sini, saya mengetahui lokasi kantor tempat keluarga ini bekerja. Karena memang tak jauh dari pelabuhan, dengan berjalan kaki saya selusuri kota Batam. Yang dicari, tidak ketemu. Ketika kapal kembali melaut, saya dapat telepon dari panitia Malang menanyakan posisi saya dan rombongan dimana. Saya jelaskan posisi dan kemungkinan jadwal tiba ke Malang . Saya betul-betul memaksimalkan kemajuan teknologi yang saya ketahui. Nama rombongan yang saya bawa, sudah saya fax kan bersamaan dengan no hp saya. Jadi komunikasi dengan panitiapun berjalan lancar.

Hari Kamis,hari ketiga menjelang kapal tiba, saya sudah dikontak oleh awak bus yang bakal kami tumpangi menuju Malang . Dengan hanya 17 penumpang, tidak terpikirkan untuk mencarter bus penumpang. Saya kontak teman-teman di PP Muhammadiyah, tak ada yang bias diharapkan. Akhirnya dengan bantuan keluarga di Jakarta saya minta tolong dicarikan bus Jakarta-Malang. Keluarga sudah membantu saya, mereka memilih Kramat Jati. Awak bus inilah yang menghubungi saya dengan mengatakan penumpang lain sudah menunggu. Cuma rombongan saya yang belum ada. Jadwal keberangkatan bus Jakarta-Malang pukul 14.00 sementara pukul 15.00 kami masih akan merapat. Jelas situasi ini membuat saya deg-degan dan tidak enak. Pukul 16.00 kapal merapat, pukul 17.00 kaki baru menginjak tanjung priuk. Sudah ada bus antar jemput dari Kramat jati dan satu mobil keluarga. Alhamdulillah, saya sangat gembira semua selamat sampai di tanjung periuk. Sebahagian ke bus antar jemput Kramat Jati sebagian nimbrung dengan mobil keluarga karena kapasitas mobil antar jemputnya tidak mencukupi untuk 17 peserta rombongan saya.

Jakarta menjelang maqrib adalah Jakarta dipuncak kesibukan dan kepadatan lalu lintasnya karena bersamaan dengan jam pulang karyawan kantor. Tidakpun jam pulang kantor, Jakarta memang sudah macet, apalagi pada saat jam pulang kantor. Semua ingin duluan sampai ke tempat. Pada saat itu ha-peku berdering “Assalamu’alaikum, siapa ini” tanyaku seraya memberi salam. “Bu Wirda Fuad, dari Binjai” sahut suara di seberang telepon. “Ya ada apa bu”. “Bagaimana kau ini, anak aku kau tinggalkan sendirian di Tanjubg periuk”. Jelas ada kekhawatiran dalam nada suara ibu Wirda. “Ah ndak mungkinlah buk, nanti kucoba mencek di mobil satu lagi, karena kami ada dua mobil dari Tanjung periuk” Jelasku mencoba menenangkan dirinya.”Apa pula, dia menelepon dari Tanjung periuk menyatakan dirinya kalian tinggal”, semakin tinggi suara bu Wirda di seberang telepon. Aku terdiam tidak dapat berbuat apa-apa. Keluargaku bingung, demikian juga temanku satu mobil. Ketika kujelaskan asal telepon dan kejadian yang menimpaku, Kuhubungi temanku di bus antar jemput kramat jati yang dua hari lalu meneleponku di saat bus L-300 yang ditumpanginya beserta rombongan lain mogok dalam perjalanan dari Binjai ke Belawan. Kutanyakan keberedaan si A. Begitu mendapat penjelasan si A memang tidak ada, spontan keluar dari mulutku “Mampus si A tinggal”. Selesai bicara dengan nada demikian, kurasakan darahku hilang. nyawakupun hilang setengah. Aku betul-betul down. Keluargaku mengatakan tak mungkin kembali. Kita sudah terlalu terlambat. Hingar binger suara klakson kenderaan disekelilingku tak lagi kudengarkan. Semua mati. Semua lenyap. Semua gelap. Mobil yang kutumpangi tidak lagi kurasakan apakah masih berjalan membelah jalanan Jakara atau tidak. Aku tidak tahu, ntah apa yang ada dalam jiwaku, dalam benakku. Semua kosong. Semua bolong. Semua gelap.

Tiba-tiba saja hapeku kembali berdering “Ya, assalamu’alaikum”, sapaku tak bergairah. “Fuad, kau tunggu anakku di terminal, dia menyusul naik taxi”. Ternyata bu Wirda yang menelepon. “Ya buk” jawabku.

Di terminal Kramat jati, kami disambut hujan seperti air yang sengaja dilimpahkan satu tong besar sekaligus. Hujan selebat-lebatnya menyambut kedatangan kami. Semua rombongan langsung naik ke bus kramat jati yang sudah stand by sejak pukul 14.00 siang Sementara kuperkirakan saat itu sudah pukul 18.00 lewat. Badanku basah oleh lebatnya air hujan. Lumayan kuyup. Kudengar gerutuan ketidak puasan dari sebahagian penumpang yang terlunta-lunta karena menunggu kami dan rombongan. Awak buspun tidak dapat lagi berkompromi. Mereka tidak perduli dengan anak gadis yang tertinggal di tanjung periuk yang sedang menyusul dengan taxi. Disaat-saat aku sedang negosiasi dengan awak bus, suara penumpang lain menyuruh supir untuk segera memberangkatkan bus. Seorang ibu muda dengan terpaksa harus menunggu si A yang tertinggal. Karena ibu muda ini, bu Ning memang mendapat titipan untuk menjaga si A, mengingat si A adalah gadis hijau yang baru tumbuh dan belum pernah ke Jakarta . Terpaksa dan sangat-sangat terpaksa. Bu Ningpun menerima saranku dan itu pula memang keinginannya. Dia tidak dapat pergi tanpa si A ikut. Disepakati bu Ning tinggal dan tidur di kantor Kramat Jati. Besok pagi berangkat barengan dengan si A.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops