Lencana Facebook

Sabtu, 08 Mei 2010

Istikharah Cinta



Hidup memang misteri. Sedetik ke depan tak satupun makhlukNya yang dapat memastikan apa yang akan terjadi. Andai hidup sesuai dengan apa yang diinginkan, rasanya tak perlu ada Malaikat Raqib Atid, Munkar Nangkir atau Malik Ridwan. Tapi hidup adalah fakta. Hidup adalah kenyataan.
Ada si Polan berteman dengan si Polin, pertemenan mereka sudah sekian tahun berlalu, kesepakatan antar keluarga untuk mengabadikan kisah kasih mereka sudah di amin kan kedua belah pihak. Perjalanan kisah mereka yang penuh kasih mulus. Undangan untuk khalayak yang pantas diundang telah tersebar. Polin sudah siap untuk bersuamikan Polan. Polan sudah berkhayal sampai menembus alam luar yang tak terjangkau oleh manusia manapun, kecuali Polan sendiri. Lihatlah, Polan terseyum sumringah. Bibirnya melebar. Matanya bercahaya menandakan kegembiraan yang luar biasa. H minus satu dari kesepakatan duduk di pelaminan, Polan yang sedang santai di teras rumahnya melihat seekor kucing di pohon jambu depan rumahnya. Kucing itu tak dapat turun. Polan berniat membantunya. Polan memanjat, berniat ingin menjangkau sikucing yang manis, naas kakinya tergelincir, Polan jatuh terjerembab dan pagar tajam rumahnya menanti elok tubuhnya yang limbung. Polan meninggal.
Ada pula si Ucok sama si Butet. Ketika itu teman Butet sedang mengadakan pertemuan dengan genk nya. Diantara yang hadir ada si Ucok yang hadir karena dibawa temannya yang kebetulan masuk kelompok genk nya Butet. Butet yang selama ini menutup rapat hatinya, menggemboknya dan membuang kunci gemboknya ke Samudera Indonesia mengalami debaran yang luar biasa saat menatap Ucok. Padahal hampir dipastikan mayoritas teman Butet menilai Ucok tak ada apa-apanya. Keistimewaannya cuma pembawaan Ucok yang sangat gentle. Sangat beda dengan teman-teman Butet lainnya. Sebulan berlalu, teman Butet kaget, mereka mendapat undangan pernikahan Butet-Ucok. Waduh …………. Hidup memang misteri.
Yang luar biasa, ada Adek. Dia akrab dengan teman kuliahnya Pun-pun. Keakraban mereka dari pertemanan biasa meningkat ke pertemanan plus. Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun berlalu. Suka duka pertemanan plus mereka lalui. Adek sudah datang ke kampung Pun-pun di kaki Gunung Sibayak. Pun-pun pun pernah dibawa Adek ke rumah orang tuanya. Suatu hari, menjelang Ashar, terjadi mis komunikasi. Adek berang, Pun-pun tak mau kalah. Waktu Ashar masuk. Adek sholat di Musholla yang kurang terurus dekat kost Pun-pun. Merasa pernah mendapat ilmu tentang penggunaan sholat istikharah, Adek pun melaksanakannya. Adek mohon petunjuk, mana yang terbaik untuk dunia plus akhiratnya diantara teman-teman plusnya yang bias menjadi pendampingnya. Awal berdoa beberapa nama berkelebat di otaknya. Bulu kuduknya merinding. Adek merasa belum pernah berdoa sekhusuk itu.. diakhir doa, tersirat Pun-pun di hatinya. Diyakininya Pun-pun adalah jodohnya. Gayung bersambut. Pucuk dicinta, jodoh tiba. Rupanya peristiwa yang persis dialami juga oleh Pun-pun. Klop. Mereka semakin mempererat hubungan persahabatan plus.
Selesai Adek wisuda, sebelum ke Jakarta mencari sesuatu untuk masa depan, Adek pamit ke Pun-pun. Dalam kegalauan menuju rumah Pun-pun, bibirnya berzikir, mohon kemudahan dariNya. Semua lancar, semua mendukung. Hadir pula kilanya. Adek diterima sebagai bagian komunitas mereka. Hubungan mereka direstui. Saat jangkat kapal di tarik menandakan kapal akan ke Jakarta, semangat 45 yang sudah dibangun Adek, porak poranda. Hatinya galau. Hatinya kacau. Ketegaran hatinya, luluh dan leleh karena adanya air mengalir di pipi Pun-pun teman plusnya. Pun-pun menangis. Jakarta bagi Adek jadi neraka. Tidak mengenakan. Tawaran untuk bersuka ria seolah mengejek nya.
Dalam keseharian cuma Pun-pun doank yang ada dibenaknya. Surat rekomendasi untuk Sekjen Deptan, Bp. Ir. Nusyirwan Zein dari bokappun dengan separuh hati disampaikannya. Adek sowan ke rumah Beliau di kawasan Pasar Minggu. Sempat menyuapin ibundanya yang sedang sakit. Karena Beliau belum lama jadi sekjen, harapan bokap untuk mencarikan "tempat kerja" di Jakarta belum dapat terpenuhi. Adek alumni Fasas USU jurusan Bahasa Arab, sementara Beliau di Kementrian (Departemen) Pertanian. Sangat jauh bedanya. Puncaknya, ketika suatu hari terjadi komunikasi Adek-Pun-pun via telepon. Pun-pun meminta Adek pulang, balik ke Medan. Pun-pun tak sanggup sendirian, dia selalu kacau. Bahkan Pun-pun nyaris kehilangan nyawa karena ditabrak karena bengong dan bengong. Pijakannya untuk terus bertahan di Jakarta, patah. Diambilnya keputusan yang nekad. Dari depan toko buku Walisongo daerah Senin Jakarta, dibuatnya surat khusus dan bohong-bohongan atas nama Bokap. Memintanya pulang, karena lamarannya di Departemen Penerangan diterima. Surat bohong-bohongan itu Adek kirim kilat khusus. Begitu sampai di rumah, kakaknya yang yakin itu surat dari bokap, menawarkan adek naik pesawat. Adek menolak. Besoknya setelah menerima surat itu, langsung adek meninggalkan Jakarta. Ibukota yang menjadi incaran banyak orang, tempat jutaan manusia masih sangat menggantungkan harapan untuk dapat hidup lebih baik. Di tempat pemberhentian bus untuk makan, adek kirim surat ke kakaknya, surat permohonan maaf karena meninggalkan Jakarta dengan cara tidak jantan. Apa boleh buat. Akhirnya adek tidak langsung ke Medan. Adek singgah di Kuraitaji. Tempat neneknya.Saat Ramadhan, karena alumni Sastra USU bahasa Arab dan bisa dikit-dikit ceramah, Adek ditawarin mengisi pengajian. Setelah itu, masih hitungan keluarga dari pihak ibu, Adek ditawarin jodoh. Adek meminta waktu supaya lebih kenal lagi dengan ceweq yang ditawarin ibu itu. Ibu itu tidak keberatan. Dari penjajakan awal, Adek tidak keberatan. Suatu hari, bareng ibu (mak comblang) mereka pergi ke rumah si calon yang ditawarkan kepadanya. Lebetulan siibu anak gadis itu yang menerimanya. Sungguh, penerimaannya kurang baik. Mungkin karena situasi Puasa atau mungkin perkiraan Adek saja yang salah. Akhirnya setelah berbasa basi kami pulang. Tidak jauh meninggalkan ibu itu, ketemu sama mamak si ceweq. Setelah tahu siapa yang datang, ibu yang tadi kami tinggalkan langsung berubah 180 derjat sikapnya. Dia bersorak memanggil kami, dan akhirnya disepakati bahwa secara resmi kami diundang berbuka puasa di rumahnya. Pada hari yang ditentukan, Adek dan mak comblang sudah hadir lagi di rumah si ceweq yang ditawarkan untuk Adek. Keluarganya sudah lengkap. Adek ditawarkan jadi imam. Adek menyanggupinya. Saat makan bersama di ruang tengah, duduk bersila, ada keanehan yang dialami Adek. Adek haqqul yakin, Nurlela ceweq yang mau dijodohkan ke Adek, ada persis didepannya. Tapi tidak terlihat. Sementara keluarga yang duduk dikiri kanan Nurlela semua terperhatikan dan terlihat jelas. Usai acara makan bareng, di tengah jalan menuju pulang mak comblang meminta pendapat Adek tentang Nurlela. Adek tidak dapat memberikan penilaian. Adek belum dapat melihat Nurlela dengan jelas. Sudah dua kali datang, dua kali Nurlela tidak terlihat, walaupun dia ada di depan Adek. Adek dianggap aneh oleh mak comblang. Apa boleh buat. Atas kesepakatan, Adek mau ke kampus Nurlela dengan Adek yang asli. Bareng Didi Almahdia, anak ibu (mak comblang) Adek ke kampus Nurlela di Lubuk Alung. Pakai kaos oblong logo USU, celana jeans belel koyak di lutut dan sendal jepit, Adek ke kampus Nurlela. Adek malu sendiri. Dengan senang hati Nurlela menerima kedatangan Adek dan mengenalkannya dengan kawan-kawan kuliahnya sebagai seorang saudaranya. Begitu kembali, Adek langsung menyatakan persetujuannya untuk dijodohkan dengan Nurlela. Mak comblang minta foto copy ijazah sarjananya. Mamak Nurlela kabag keuangan di kantor Gubernur, konon dapat jatah satu pegawai dan tawarannya jatuh ke Adek. Pendekatan antar keluarga dijajaki. Adek malah gelisah. Jiwanya seperti terbelenggu. Pun-pun yang diyakini lewat istikharah bakda ashar seperti membayanginya terus. Tapi Adek cuma memendam kegelisahannya. Proses pendekatan antar keluarga ters berlanjut. Keculi tantenya di jakarta, semua mendukung perjodohan Adek-Nurlela. Adek di JAPUIK dengan PEGAWAI NEGERI di lingkungan Pemprov. Plus kenderaan roda dua dan rumah siap huni. Itu yang Adek dengar dari mamak-mamaknya. Disaat orang susah mendapatkan pekerjaan, ini malah ada tawaran pekerjaan. Waduhhhhhhh.
Suatu hari, tanpa disengaja Adek membaca buku Membina Keluarga Bahagia. Buku itu dibelinya di pelataran Toko yang terdapat di Mesjid Taqwa Muhammadiyah Padang. salah satu poin yang menggelitiknya adalah perlunya Sholat Istikharah. Klop. Adek sudah istikharah. Pun-pun diyakininya adalah jodohnya. Harapan Mak comblang dan keluarga yang lain putus. Malam itu, saat kumpul keluarga Adek mengeluarkan pernyataan "Anggap kerja kantor gubernur bukan rezekiku dan Nurlela bukan jodohku". Apa boleh buat. Mak comblang terdiam. Dia kecewa karena dia selama ini jadi fasilitatornya. Waktu berjalan pesat. Pulang ke rumah orang tuanya, beberapa lama Adek masih sempat berkunjung ke kosan Pun-pun. Jarak Medan-Binjai jadi begitu jauh ketika seorang ibu guru selalu titip salam sama adiknya dan pembantu sekolahnya untuk Adek. Aneh, tidak lama. Akhirnya Adek married dengan ibu guru SD itu. Adek pamit baik-baik dengan Pun-pun. Di rumah makan Minang pernyataan berpisah itu disampaikannya dengan baik-baik. Teman-teman sesama kuliah yang mengetahui peristiwa ini kaget. Adek mengaku salah. Apa boleh buat. Sampai beberapa saat Adek selalu diminta Pun-pun untuk dapat menemaninya.
Musim berlalu, zaman berganti. Alhamdulillah, ditengah rasa bersalahnya Adek mendengar Pun-pun pun sudah married. Dalam suatu pertemuan yang tidak terduga sama sekali, Pun-pun kaget melihat adek. Adek dengan anak-anaknya yang pulang jumatan terkejut melihat Pun-pun. Masya Allaah. Sekarang, semua berjalan masing-masing. Adek dengan keluarganya yang berharap terbinanya keluarga sakinah, Mawaddah wa Rahmah dan Pun-pun juga dengan keluarganya, mudah-mudahan juga terbina Keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah.
Inilah Hidup yang Penuh Misteri.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops