Lencana Facebook

Minggu, 09 Mei 2010

Menanti Masa Panen

Tak satu lembar daun yang gugur dan tak sebutir debupun yang bergeser kecuali kesenua itu telah direncanakan secara rapi oleh Allah swt. Penguatan akan hal itu dapat dipahami dari Firman Allah swt dalam Al Quran Surat Yunus ayat 61 :
• •
61. kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Isyarat yang serupa tercantum dalam Al quran surat As Saba ayat 3 dan surat Al An’am ayat 59. Seperti FirmanNya dalam Al Quran surat Al An’am ayat 59 :


59. dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"

Dari dalil-dalil ayat di atas tertolaklah perkataan “kebetulam”. Ternyata tak satupun kejadian yang secara kebetulan, semuanya melalui rencana, proses, serta hukum alam yang sering disebut hukum Causaliteit. Sebab, adalah satu jalan untuk sampai pada suatu kejadian, sementara Akibat akhir dari sebuah prose situ. Pekerjaan manusia berdasarkan kemampuannya memilih karena adanya akal fikiran adalah diseputar penyebab serta perhitungan secara matang tentang akibat atau untung rugi yang bakal diterima..


Fakta dalam hidup sering kali membuktikan bahwa sangat bisa jadi sebabnya kecil akibatnya besar, atau sebabnya besar akibatnya besar atau kecil. Yang paling celaka adalah ketika manusia sudah lupa sesuatu yang dikerjakan dan baru belakangan akibatnya muncul, baik yang menyenangkan atau yang membuat kening berkerut.
Adalah balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. Allah tak pernah menyia-nyiakan balasan para pelaku kebaikan. Sungguh, Allah tak pernah menzalimi para hamba. Yang keji takkan mungkin melahirkan balasan kecuali yang buruk pula. Kesemua kalimat itu adalah terjemahan ayat-ayat Allah swt sebagai ungkapan akan pastinya kemunculan hukum causaliteit, Sebab Akibat itu.
Menurut riwayat, suatu saat Nabi Allah Musa as bermunajat kepada Allah swt, “Ya Allah, tolong perlihatkan kepadaku sifat keadilanMu”. Saat itu sang Nabi sedang berjalan-jalan dan menemukan sesosok mayat yang dikenal sebagai hamba yang shaleh. Berdasarkan cirri-ciri fisik mayat, kelihatan sang mayat baru korban keganasan binatang buas. Musa as merasa heran mengapa orang seshaleh itu mati dengan jalan korban binatang buas. Tak lama kemudian, Allah swt mengutus /jibril membawa jawaban atas permohonan Nabi Musa as. “Orang itu berdoa memohon derajat yang tinggisementara amal ibadahnya belum mencapai tingkat itu. Maka demi memenuhi doanya Allah memberikan cobaan untuk mencapaiderajat itu”. Masih berkenaan dengan Nabi Musa as, riwayat lain mengisahkan: “Nabi Musa sedang menuju satu lembah, tak lama kemudian ia melihat seseorang sedang menunggang kuda dengan tergesa-gesa menuju sebuah sumur lantas minum dan memberi minum kudanya. Selanjutnya ia berwudhu sembari melepas uncang (kantung). Usai berwudhu ia bergegas pergi tanpa menyadari uncangnya tertinggal. Tak lama kemudian, menyusul pula seorang bocah menuju sumur, untuk hal yang sama, minum. Dan uncang lelaki berkuda didapatinya dan bocah itupun berlalu.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops