Lencana Facebook

Sabtu, 15 Januari 2011

Agama, Bahasa Perdamaian

Begitu banyak kekerasan yang terjadi di antara umat beragama. Misalnya, ratusan orang menyerang jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pondok Indah Timur di Bekasi, beberapa waktu lalu. Mereka menyerbu dan memukul jemaat hingga jatuh korban [baca: Ketua FPI Bekasi Raya Jadi Terdakwa].

Perdamaian dalam pluralisme beragama seakan hanya berada di dalam angan-angan. Kekerasan umat beragama yang marak terjadi belakangan ini boleh jadi ada lantaran minimnya toleransi antar umat beragama. Sejatinya, agama hadir di tengah masyarakat sebagai bentuk lain dari bahasa perdamaian atau bahasa kasih. Persoalan inilah yang coba diangkat dalam Barometer bertajuk Agama, Bahasa Damai.

Dalam kesempatan ini, SCTV berkesempatan berdialog khusus dengan Ketua PP Muhamadiyah Din Syamsudin, perwakilan Dewan Nasional Gereja Amerika Serikat Michael Livingston, dan tokoh Yahudi SID Schwarz, di Washington, AS. Dialog tersebut membahas kekerasan serta toleransi dalam umat beragama.

Menurut Schwarz, kekerasan dalam agama samawi bermula dari Perang Dingin yang berlangsung selama abad ke-20. Setelah itu, kekuatan etnis dan agama yang menyesatkan dari belahan dunia mulai bermunculan dalam skala besar. Intinya, kekerasan timbul ketika ada pelecehan arti Tuhan.

Din tak sependapat denngan Schwarz. "Kekerasan menurut saya adalah penyalahgunaan. Bukan pelecehan terhadap suatu agama. Banyak agama, terutama Islam, tidak mengajarkan kekerasan. Dan, kekerasan tidak memiliki akar dalam agama. Jadi, kekerasan timbul dari salah interpretasi atas agama," kata Din.

Dalam agama, tak dapat dipungkiri ada ajaran yang memungkinkan terjadinya konflik. Tapi, agama bukan didesain untuk perang. Karena pesan mendasar dari sebuah agama adalah damai dan pengampunan. Perbedaan bukanlah hal yang buruk, yang penting menghargai ketidaksamaan itu.

Agama berangkat dari perbedaan. Lantas, bagaimana menyebarkan pesan agama adalah bahasa perdamaian? "Jika kita bisa melampaui permukaan agama-agama, kita akan tahu arti sebenarnya sebagai misi perdamaian. Sekali lagi, ajaran semua agama pada dasarnya sama. Kasih terhadap sesama," ujar Schwarz.

Bagi tokoh Yahudi ini, jika kaumnya bersama Islam dan Kristen berbicara dalam bahasa yang sama, hal itulah yang bisa disebut melewati perbedaan di permukaan yang ada. Ia pun tak menyukai dunia yang homogen. Karena yang terpenting adalah menghargai fakta yang berbeda tapi kita dapat saling berinteraksi.

Din teringat dengan ajaran Nabi Ibrahim tentang pengorbanan dan kurban yang mengirimkan pesan berdimensi vertikal. Jika komunikasi antara manusia berjalan baik, ia dapat menjamin interaksi seseorang dengan Tuhannya pun bisa dibilang mulus. "Sebagai orang beriman, seharusnya kita tidak punya masalah dengan umat lain. Masalah kita jelas ada pada hal-hal berbau kemanusiaan, kemiskinan, buta huruf, dan ketidakadilan," ujar Din

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops