Lencana Facebook

Jumat, 17 September 2010

Hari I di Yogya

Hari Pertama di Yogyakarta.
Pukul 04.00 kurang, shubuh sudah masuk. Saya sholat di penginapan saja. Tidak ke mesjid. Menjelang pagi datang sarapan sebanyak 78 porsi sesuai anggota yang saya bawa. Kenyataannya, karena malam itu juga sudah ada yang keluar, nasi banyak tersisa. Tapi kita tetap membayar kali 10 ribu perporsi. Karena belum ada niat keluar, saya santai-santai saja. Ada sms masuk ke hp saya. Dari ibu Maimunah. Beliau menyuruh saya dan rombongan untuk segera ke stadion. Ada tempat yang masih tersisa yang mereka siapkan. Sms ini tidak saya gubris. Pak As adinata menelepon saya menginformasikan posisi ibu Nurbaiti yang masuk ke stadion. Ibu Maimunah juga menelepon saya untuk hal yang sama. Akhirnya informasi itu saya halo-halokan dari kamar ke kamar. Ternyata seorang ibu rombongan saya menyeletuk, “wajar kalau ibu Nurbaity masuk, diakan dapat undangan”. Saya kaget. “apa betul ibu melihat dia dapat undangan ?”. “Betul pak, yang melihat undangannya ibu B”. “Betul bu B, betul ibu melihat undangan yang ada dengan ibu Nurbaiti ?” Tanya saya ke ibu B. “Betul pak”, “saya sendiri melihatnya”. Langsung saya telepon pak Adinata. Akhirnya pak Adinata sendiri maklum.
Kakakku dan bunda Hakimah sudah pergi duluan. Padahal janji kemaren, mau barengan sekalian menghadiri undangan. Apa boleh buat. Sementara itu mendengar rombongan pesawat berhasil masuk stadion, beberapa kawan-kawan protes, bahkan mengajukan keberatan dengan saya dan PRM Nitikan. Saya dan kawan-kawanpun mengajukan keberatan kepada panitia penerima muktamar. Kami diterima komandan laskar bapak Hasan, ketua panitia penerima Mas Akhid dan lain-lain. Setelah semua uneg-uneg dikeluarkan, akhirnya kawan-kawan dapat menerima dengan rasa penasaran dan gregetan. Apa boleh buat. Beberapa teman-teman berinisiatif membentuk kelompok sendiri-sendiri.
Saya sendiri bareng isteri dan pak Nurnuh yang juga dengan isteri sepakat ke stadion mandala krida. Sesampainya di lokasi, keramaian penggembira muktamar menjadi pemandangan tersendiri yang mengasyikkan. Kami diantar mas Bahar dangan L-300 nya yang terpaksa menurunkan kami dalam radius lumayan jauh karena ramainya pengunjung saat pembukaan Muktamar 1 abad Muhammadiyah tanggal 3 juli 2010.. dengan berjalan kaki, akhirnya kami sampai di sekitar stadion mandala krida. Karena belum sarapan, kebetulan bawa cemilan dari penginapan, isteriku dan orang rumah pak nurnuh mengambil tempat diantara keramaian orang dan mencicipi apa yang dibawa. Sebelum itu, sempat beberapa butir air turun dari langit yang memang cuacanya sangat akrab. Walau agak mendung, tapi panasnya lumayan juga.
Gambar di bawah, menunjukkan isteriku dan orang rumah pak nurnuh sedang menikmati penganan yang dibawa dari penginapan.


Karena mereka sedang makan, kami, saya dan pak nurnuh meninggalkan mereka. Masing-masing sibuk dengan kegiatannya. Saya dengan hape saya dan pak Nurnuh dengan kamera digitalnya.



Pada foto di atas dan di bawah terlihat antusiasme pengunjung yang ingin masuk ke stadion dan keinginan sebagian pengunjung yang kegrahan berada I dalam dan ingin keluar. Boleh jadi yang keluar, berada di stadion sejak dinihari paling tidak bakda shubuh sudah mengambil posisi di dalam stadion. Akhirnya, karena kurang persiapan, tidak membawa konsumsi dlsb, akhirnya lapar, lelah, lesu dan letoy. Demi Muhammadiyah yang sudah 1 abad.



Puas lihat keramaian, saya kembali ke posisi isteri saya yang saya tinggalkan. Mereka tidak ada. Saya bingung. Saya cari dan Tanya ke ibu-ibu yang ada di dekat situ. Dua ibu yang saya tanya, dua jawaban berbeda yang say terima. Bingung tidak menemukan yang saya, saya hubungi pak Nurnuh. Hp saya tidak berfungsi. Saya coba test telepon ke rumah di Binjai, Hp saya tidak berfungsi. Saya sumpahi hp saya yang disaat genting dan penting tidak dapat digunakan. Dari gerbang F stadion, di saat-saat cari mencari isteri, saya sebenarnya punya kesempatan untuk dapat masuk stadion. Tapi itu tidak saya lakukan. Saya kembali cari isteri keposisi semula, kali ini baru berhasil. Rupanya, kecewa karena ditinggal suami, akhirnya mereka berinisiatif mencari suami masing-masing. Jadilah baku cari. Demikian juga ruoanya yang dialami bapak Nurnuh.

Foto di atas, dijepret pak Nurnuh, sesaat kami meninggalkan isteri ketika mereka menggelar sarapan di sela keramaian orang. Tak enak hati diambil terus, gentian saya yang mengambil foto pak Nurnuh. Inilah hasilnya.

Setiap kesempatan, pak nurnuh dan saya jadi baku ambil foto di sekitar stadion. Beberapa hasilnya terlihat di bawah ini. Saya nimbrung disela-sela petugas keamanan yang berpatisipasi di arena pembukaan muktamar. Isteri saya dan orang rumah pak Nurnuh sementara saya mencoba sok akrab dengan petugas keamanannya. Dikejauhan, beberapa pengunjung melepas lelah di sekitar stadion.
Puas menikmati keramaian orang, kami meninggalkan arena pembukaan. Disaat-saat seperti itu pak Nurnuh mengambil momen-momen yang beliau anggap ok untuk diambil. Inilah hasilnya.


Ketika selesai buang air kecil, saya ketemu dengan kawan yang masih saya ingat betul. Namanya Misdi. Momen seperti ini, oleh pak Nurnuh diabadikan beliau. Alhamdulillah. Percakapan seru antar teman yang sudah dua puluhan tahun tak ketemu, berlangsung penuh kekeluargaan.

Sekarang Misdi bertugas di Siglie, Aceh. Karier beliau bagus. Setahun di Fasas USU B. Arab beliau hijrah ke IAIN dan sukses menyelesaikan studinya. Sekarang dia kepala sekolah di sana. Siapa sangka, kalau sudah kehendak yang maha kuasa untuk ketemu, ya ketemu. Padahal itu diluar rencana dan tidak pernah diduga sama sekali. Sementara kami terlibat dalam pembicaraan, isteri saya dan orang rumah pak Nurnuh sibuk dengan aktifitas masing-masing. Inilah yang terlihat ketika saya asyiik bernostalgia dengan Misdi.

Dalam perjalanan menjauh dari arena stadion, isteriku dan orang rumah pak Nurnuh menelusuri stand demi stand bazaar yang digelar di areal UAD atau Universitas Ahmad Dahlan. Kesempatan berfoto dan mencari momen-momen tepat terus dilakukan oleh Pak Nurnuh. Beberapa hasilnya seperti terlihat pada uraian foto berikut. Gambar di bawah, dengan latar belakangstudio ADITV UAD, stasiun televise milik Muhammadiyah yang mengudara beberapa bulan sebelum Muktamar 1 Abad Muhammadiyah digelar.
Berikutnya, kami ketemu salah seorang penggembira yang sudah uzur dari daerah Jawa. Oleh pak Nurnuh, momen saya ngobrol sama Bapak tua, diabadikannya. Inilah hasilnya.

Dalam perjalanan keluar menjauh dari arena pembukaan muktamar, gerimis kecil menyergap kami. Kami mencari tempat istirah. Di suatu teras perkantoran, kami beristirahat. Kami sempat kehilangan isteri masing-masing. Masya Allah, ternyata mereka sudah membawa 4 nasi kotak yang dibagikan secara cuma-cuma dipelataran gedung tempat kami istirah itu. Semua merasa lucu. Semua merasa heran. Semua merasa kaget. Pucuk dicinta ulam tiba, perut lapar nasi kotak dapat. He he he he he. Sebelum menyantap nasi dari syurga, kami istirah. Lokasinya lumayan bersih. Golek seperti di bawah ini adalah kesempatan yang sangat mahal. Makanya kesempatan ini tidak disia-siakan. Walaupun hanya sekian menit, kesegaran minimal sudah di dapat. Yah lumayanlah. Sementara di teras lebih besar dari tempat kami, orang agak rame, bersempit-sempit ria. Kami agak ke belakang dari posisi mereka, tapi bersih dan lapang. Pemandanganpun lepas.

Kata pak Nurnuh, kalau lelah berjalan, sambil golek kaki dinaikkan. Ya seperti gambar Beliau ini.

Lepas istirah, bersantap ria dengan nasi kotak rezeki dari langit. Inilah gambarnya.

Usai mengisi kampong tengah kami telusuri jalan menuju malioboro. Dari petugas yang kami tanyai dengan situsai kepadatan lalu lintas seperti saat itu disarankannya lebih baikberjalan kaki saja. Itulah yang kami buat. Dalam perjalanan menuju Malioboro kami melewati jalan Taman siswa. Saya langsung ingat amanah Pak Mui S dari Binjai , jika ke Yogya usahakan singgah ke jalan Taman siswa. Dari Tanya sana sini, akhirnya yang di cari ketemu juga. Kami disuguhi penganan ringan dan makan siang. Padahal barusan makan. Apa boleh buat. Selesai sholat jamak zhuhur ashar, kami makan lagi. Selesai makan, kami diantar tuan rumah ke Malioboro. Macet yang menyergap di sana sini membuat tuan rumah yang menghantar kami agar repot. Akhirnya kami berganti kenderaan dengan delman. Beberapa foto berikut menggambarkan situasi saat kami berdelman ria menuju Malioboro.


Hujan lebat menyambut kedatangan kami di Malioboro. Sambil menuju ke pasar Beringharjo, isteriku dan orang rumah pak Nurnuh berbelanja di lorong-lorong Malioboro.

Perburuan akan barang-barang diperkirakan murah dan khas Yogya, diteruskan di Pasar Beringharjo. Dari hasil omong sana-sini, Pak Nurnuh ketemu sama tetangganya. Pembicaraanpun menjadi ramai.

Menjelang senja, beberapa toko sudah tutup. Beberapa pedagang yang masih buka, nekat membanting harga.Tawar menawar berlangsung seru.

Belanja hari itu berakhir juga. Pulangnya, karena kepadatan kota Yogya di hari pembukaan Muktamar 1 Abad Muhammadiyah sangat ramai, kami berinisiatif pulang naik beca.



Kembali ke penginapan, berarti kembali untuk beristirahat. Hari Minggu itu dilalui dengan kelelahan yang lumayan. Istirah dulu lah. Tak usah mandi. Cukup lap badan dan istirah.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops