Seorang gadis mungil mendatangi Rasulullah saw sendirian. Ia hendak mengadukan perihal tangan kanannya yang sejak beberapa hari belakangan terasa kebas. “Ya Rasulullah doakanlah saya kepada Allah, sehingga tangan saya ini dikembalikannya sebagai mana semula”. Rasul bertanya : “Apa yang menyebabkan tangan kananmu itu bisa seperti itu ?”. gadis kecil itu memulai ceritanya: “Ayah dan ibu saya telah lama meninggal dunia. Saya dirumah tinggal sebatangkara tanpa sanak saudara. Beberapa malam yang lalu, saya bermimpi bahwa kiamat telah terjadi. Saya melihat dalam mimpi itu, Neraka jahim telah dibuka dan penuh dengan penghuninya. Begitu juga dengan surge telah pula terbuka lebar pintunya dan telah mulai dimasuki mereka yang telah lama merindukannya . disatu lembah neraka yang paling ngeri dan dalam, samar-samar saya memandang dari jauh ibu saya. Dan ditangan kanannya tergenggam sepotong daging, sementara tangan kirinya memegang dengan erat selembar kain perca. Setiap kali api neraka datang menjilat, jika sebelah kanan ia tolak dengan potongan daging, tapi bila muncul menyala dan membara dari arah kiri, maka iapun seolah menahannya dengan kain perca tersebut. Setelah saya semakin dekat dan sudah memungkinkan suara saya dapat didengarnya dalam kesibukannya menepis jilatan api neraka itu, maka sayapun bertanya, “Kenapa bias terjadi seperti ini wahai Ibunda ?”. Sedangkan dulunya ibu cukup patuh dalam beribadah kepada Allah dan sangat sayang pada ayahanda sebagai suami, dan bahkan saya tau, bahwa ayah sangat sayang dan reda kepada ibu. Dengan kondisi tubuh lunglai, keringat mengucur sekujur tubuh sementara pakaian nyaris habis terbakar, ibundanya menjawab, “Anakku !, ibumu yang malang ini saat di dunia adalah tergolong manusia pelit, dan di sini, ditempat yang kau lihat ini, inilah tempat ibu dan kawan-kawan seperti ibumu, Muslim yang pelit”. Saya bertanya lagi, “Jadi kedua benda yang ditangan ibu itu yang ibu jadikan perisai, apa dan dari mana gerangan ?”. ini adalah potongan daging dan perca kain, hanya ini sajalah sedekah ibu sepanjang umur yang berpuluh tahun didunia. Kedua benda ini diserahkan kepada ibu disaat usai penghisaban amal. Dan kedua benda sederhana inilah yang ibu jadikan penghalang api manakala ia datang berkobar hendak membakar ibu” . Saya bertanya selanjutnya : “Ayah dimana ibu ?”. “Oh anakku, ia berada di tempat yang sama dengan para dermawan di syurga, yang cukup jauh dari tempat ini. Maka akupun berusaha mencari arah jalan ke tempat ayahku. Tiba-tiba ia kulihat tegak di tepi Haudmu (Telaga Ya Rasul. Ayah saya sibuk dengan senang hati melayani para tetamu. Ia meraih gelas dari tangan Ali, Ali dari tangan Usman, dan Usman dari tangan umar, sementara Umar dari tangan Abu Bakar. Dan Umar menerimanya dari tanganmu ya Rasul”. Disela kesibukan ayah saya, saya sempatkan mengadu perihal ibu, sembari memohon segelas air buat ibu. Ayah saya menjawab, bahwa ibumu itu penghuni Kamar Pelit., yang senang berbuat maksiat, sementara dosanyapun lumayan. “Anakku, air telaga Nabi haram bagi ibumu dan mereka yang sama dengannya. Aku tak perduli. Kuuambil gelas dan kupenuhi isinya, lantas aku berlari menuju ibu, kemudian kuserahkan kepadanya. Namun, baru saja ibu hendak meminum segelas air tadi, aku terbangun, namun sebelum sadar betul, namun masih sempat saya mendengar suara yang cukup kuat, mudah-mudahan tanganmu itu akan sakit, karena telah berani melanggar aturan yang berlaku, bahwa air ini hanya akan diberikan kepada mereka yang tergolong memiliki kesalehan individual dan kesalehan social. Benar saja ya Rasul, begitu saya sadar dari mimpi dan tidur itu, sampai sekarang tanganku bukan main kebasnya”.
Setelah selesai gadis itu curhat, Nabi saw berkomentar ;”Dirimu telah turut kebagian resiko dari sifat bakhil ibumu, bagaimana pula resiko yang diterima langsung oleh sipelaku. Sigadis terrmenung. Pipinya basah oleh air mata yang menetes, disela isak dan tangis, ia mempertegas permohonannya, “Tolonglah doakan agar tangan saya kembali pulih seperti semula, Ya Rasul”. Rasul kemudian menyuruh sigadis mengangkat tangannya, bersamaan dengan itu tongkat Rasul diletakkan diatas tangan itu, sembari berdoa, “Ya Allah, berdasarkan mimpi yang diceritakannya kepada saya, tolonglah sembuhkan tangannya Ya Allah”. Dengan doa Rasul saw, kesembuhan diberikan oleh Allah swt saat itu juga.Dari kisah ini, dapatlah dipahami bahwa ternyata sepotong daging dan selembar perca yang pernah disedekahkan di jalan Allah, ikhlas bias member perlindungan bagi kita nanti dari jilatan api neraka. Apalagi bila lebih dari itu. Berbahagialah mereka yang punya kelebihan harta dan digunakannya bukan sekedar pemuas selera, tetapi juga melimpah kepada orang yang susah dan memerlukannya. Beberapa hadits tentang keutamaan Pemberian itu sebelum digunakan oleh sipenerima, akan berbicara dengan lima hal yakni :
1. Dulu jumlah saya sedikit kini bertambah banyak.
2. Dulu aku adalah musuhmu jika salah menggunakan, namun kini aku adalah kekasihmu.
3. Dulu aku adalah yang musnah (jika dimakan akan jadi kotoran, jika dipakai akan using), kini aku menjadi abadi.
4. Dulu aku selalu dijaga, karena takut hilang.
5. Namun sekarang akulah yang menjagamu.
Dalam bentuk lain, Rasulullah bersabda,
- “Pemberian itu bias menutup tujuh puluh pintu bala”.
- “Obatilah penyakitmu dan penyakit keluargamu dengan banyak member/bersedekah”.
-“ Siapa yang merasakan hatinya kasar atau keras seolah tak perduli keadaan orang lain, maka lunakkanlah dengan memberi sedekah”.
-“ Sedekah itu bisa memadamkan amarah Allah”.
-“ Sedekah itu juga tergolong hadiah. Saling member hadiahlah kamu sebagai perekat kasih sayang”.
-“Pagarilah hartamu dengan bersedekah”.
-“Sedekah itu bias menolak cobaan yang akan muncul dan juga menambah berkah umur”
Tak pernah kita menduga, apa yang telah kita beri ternyata balasannya berlipat ganda, padahal dengan yang sudah ada sekarang ini saja sudah dirasa cukup, konon pula ditambah. Subhanallaah.
Binjai, April 2011
Drs. Fuad
Guru PAI, SMP Muhammadiyah 12 Binjai
0 komentar:
Posting Komentar