Pendahuluan
Prangko berasal dari bahasa Latin “Franco” yang berarti tanda pembayaran untuk melunasi biaya pengiriman surat. Dengan kata lain biaya pengiriman surat tidak dibebabkan kepada penerima surat, tetapi harus dilunasi oleh pengirim surat dengan menggunakan prangko.
Prangko pada hakekatnya adalah secarik kertas berambar yang diterbitkan oleh pemerintah yang pada bagian belakang umumnya memuat perekat, sedangkan pada bagian depannya memuat suatu harga tertentu yang dimaksudkan untuk direkatkan pada kiriman pos. pada umumnya bentuknya segi empat. Sekarang bentuknya beragam, mulai dari yang bulat, segitiga atau bentuk lainnya.
Dengan menempelkan prangko pada sepucuk surat, berarti biaya pengiriman surat tersebut telah dilunasi oeh sipengirim surat dan sabagai imbalannya maka dinas pos, sekarang PT POS INDONESIA berkewajiban menyampaikan surat tersebut ke alamat yang dituju.
Prangko dan jenisnya.
Menurut sifatnya prangko Republik Indonesia terbagi dalam 4 jenis yaitu prangko biasa, prangko peringatan, prangko stimewa dan prangko amal.
a. Prangko Biasa
Prangko biasa yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pemrangkoan sehari-hari (semata-mata untuk keperluan postal) dan tidak ada kaitannya demgan satu kejadian atau peristiwa, termasuk jenis prangko ini Seri Presiden Soeharto tahun 1974, seri Alat Musik tahun 1967 dan lain-lain.
b. Prangko Peringatan
Prangko Peringatan yaitu prangko yang penerbitannya dikaitkan dengan suatu kejadian atau peristiwa dan dimaksudkan untuk memperingati kejadian atau peristiwa masa lalu yang sedang berjalan, baik nasional maupun internasional. Termasuk jenis prangko ini antara lain Seri PON II tahun1951, Seri Konfrensi Asia Afrika tahun 1955, seri 100 tahun Muhammadiyah tahun 2010 dan lain-lain,
c. Prangko Istimewa
Prangko istimewa, prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk menarik perhatian masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri mengenai kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh Pemerintah dalam berbagai bidang baik bersifat nasional maupun internasional, yang termasuk jenis prangko ini adalah Seri Pariwisata tahun 1967, Seri Kampanye Stop Polio tahun 1984 dan lain-lain.
d. Prangko Amal
Prangko amal yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk menghimpun dana bagi kepentingan amal dan dijual dengan harga tambahan. Pendapatan dari hasil penjualan prangko ini setelah dikurangi dengan harga prangko, ongkos pembuatan dan ongkos lainnya, kemudian disumbangkan kepada suatu badan amal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Termasuk jenis prangko amal ini adalah seri PKO Muhammadiyah, Seri Bencana alam Merapi tahun 1954 dan lain-lain.
Prangko Muhammadiyah.
Menurut hitungan kalender hijriyah, kalender dengan berpedoman perputaran bulan, Muhammadiyah yang didirikan oleh KHA Dahlan sudah berusia 101 tahun, tepatnya 8 Zulhijjah 1330 H. hal ini dapat disaksikan lewat media film Sang Pencerah. Memasuki usia 100 tahun pada 8 zulhijjah 1430 H tahun lalu disaat pelaksanaan Muktamar 1 Abad Muhammadiyah, Pemerintah menerbitkan prangko peringatan 100 tahun Muhammadiyah.
Prangko 1 Abad Muhammadiyah ini memiliki 3 seri/variasi gambar. Gambar I bergambar Mesjed Gedhe Kauman Yogyakarta, dengan latar sisi kiri logo Persyarikatan Muhammadiyah dengan nilai nominal Rp 1500,-, gambar II gambar KHA Dahlan dengan latar sisi kanan logo Muktamar 1 Abad Muhammadiyah bernominal Rp 1500,- dan gambar III logo Majelis Dikdasmen (majelis yang bertugas membantu Pimpinan khusus menangani bidang Pendidikan dan bernominal Rp 1500,-. Prangko ini dan Sampul Hari Pertamanya dirancang oleh Dadan R. prangko dicetak sebanyak 500.000 set dan SampulHari Pertama dicetak 5000 set. Mini sheet dicetak sebanyak 30,000 set. Dikalangan filatelis, prangko/sampul hari pertama dan mini sheetnya menjadi buruan mengingat nilai sejarah yang tersimpan dibalik penerbitan prangko ini. Bayangkan prangko 1 Abad Muhammadiyah. Usia yang luar biasa plus dengan hadirnya film Sang Pencerah seyogyanya bisa menjadi pelajaran tersendiri bagi kalangan generasi muda, khususnya generasi muda Muslim.
Disamping prangko 1 Abad Muhammadiyah, zaman pra kemerdekaan, zaman penjajahan Belanda Muhammadiyah juga pernah menerbitkan prangko yakni prangko amal seri PKO Moehammmadijah. Kenyataan yang cukup memprihatinkan dan tidak dapat dipungkiri bahwa banyak dikalangan anggota dan pimpinan persyarikatan Muhammadiyah sendiri yang tidak pernah mengetahui adanya prangko amal yang terbit masa penjajahan Belanda dan mungkin juga tidak mengetahui sama sekali prangko seri 1 Abad Muhammadiyah. Padahal ini bagian dari kesejarahan yang mesti dilestarikan. Mantan PP Muhammadiyah alm. Drs. Lukman Harun pernah menulis bahwa Beliau sendiri salah seorang Pimpinan Pusat baru mengetahui adanya prangko Muhammadiyah setelah beliau diberi oleh seorang simpatisan Muhammadiyah. Dalam kesempatan musyawarah kerja wilayah Majlis Tarjih, Majlis Tabligh dan Majlis Pustaka periode yang lalu, seorang pembicara Bapak Kalimin Sunar menanyakan seputar prangko amal itu ke peserta yang diikuti hampir seratus orang itu. Kecuali pemulis, semua sepakat menggelengkan kepala alias tidak pernah mengetahui tentang keberadaan prangko amal tersebut. Padahal organisasi yang didirikan oleh KHA Dahlan ini memiliki Majlis yang berwenang menangani hal ini. Diawal awal berdirinya disebut Taman Pustaka kemudian Majlis Pustaka kemudian sempat di eliminasi kemudian muncul lagi, sekarang namanya Lembaga Pustaka dan Informasi. Suka atau tidak, seyogyanya Prangko 1 Abad Muhammadiyah menjadi koleksi wajib bagi anggota. Khususnya unsur Pimpinan mulai dari Pusat sampai ke Ranting. Masalahnya sepele, tapi jika suatu saat pimpinan ditanyakan kepada anggota dan yang ditanya tidak tahu, urusannyakan bisa jadi runyam.
Sejarah Ringkas Lahirnya Prangko Amal Muhammadiyah
Tahun 1939 lalu, pemerintah Hindia Belanda pernah mengeluarkan prangko amal dengan kelebihan harga 1 sen, 2,5 sen dan 5 sen. Prangko amal ini tampilannya sangat menarik disbanding prangko terbitan sebelumnya.
Kelebihan dari harga nominal prangko oleh perintah diserahkan kepada satu badan, “Social Bureau voor N.I”. dari badan ini, kelebihan dana tadi diserahkan kepada lembaga-lembaga lain yang umumnya milik misi Kristen. Karena itulah banyak ormas-ormas Islam seperti Persis, PII, PSII dan lain-lain meminta kepada Pemerintah Hindia Belanda agar diperkenankan menerbitkan prangko amal. Banyak pihak yang menyangko prangko amal itu adalah prangko amal untuk keseluruhan umat, termasuk untuk umat Islam.
Dalam rapat/pertemuan Muhammadiyah di Bandung, Bapak Mulyadi mengatakan bahwa Muhammadiyahlah yang mula-mula merintis jalan untuk tingkat gedung HBPTT (PT Pos sekarang) buat urusan penjualan prangko amal itu. Prangko amal ini lahir ketika ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dipimpin KH Mas Mansur. Untuk keperluan ini dibentuk suatu kepanitiaan yang diketuai oleh Mas Mansur. Sebagai pelindung masing-masing Paku Buwono XI di Solo, Sultan Hamengku Buwono IX di Yogya dan Prof. Husein Jayadiningrat. Komite prangko amal kemudian mengutus sebuah delegasi untuk audiensi ke Gubernur Jendral di Bogor untuk menyampaikan niat serta persiapan-persiapan yang perlu dilakukan oleh Muhammadiyah dalam rangka sosialisasi prangko amal tersebut. Delegasi dipimpin oleh Mulyadi Joyomartono. Sambutan gubernur jendral positif, bahkan isteri gubernur jendral sendiri turun tangan ikut mensosialisasikan prangko amal tersebut. Untuk lebih menarik masyarakat, PB Muhammadiyah mengadakan sayembara mengarang lagu dengan hadiah juara I, II dan III masing-masing 25 gulden, 15 gulden dan 10 gulden. Sebagai perbandingan harga 1 kg beras saat itu 6 sen atau 6/100 gulden.
Khotimah
Walaupun minat generasi muda cenderung menurun dalam menekuni hobbi mengkoleksi prangko yang dikenal dengan filateli karena adanya kemudahan dalam berkomunikasi, kiranya di lingkungan persyarikatan perlu lebih mensosialisasikan keberadaan prangko ini disamping benda filateli lainnya. Seperti ketika Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta, Pengurus Pusat PFI Jakarta kerja bareng dengan panitia pusat Muktamar Muhammadiyah ke-44 menerbitkan sampul 90 tahun Muhammadiyah Menuju Sukses Muktamar ke-44 di Jakarta dengan gambar 12 tampilan wajah pengurus pusat Muhammadiyah dari KHA Dahlan sampai Amien Rais. Sampul peringatan diterakan prangko Milenium Baru dengan cap logo Muktamar yakni angka 44 berdampingan dengan tiang angka tugu Monumen Nasional bertanggal 24 April 2000.
Kiriman : Drs. Fuad
Filatelis di Binjai
Selasa, 04 Januari 2011
Prangko Muhammadiyah
05.36
Drs. Fuad Afsar alias Arjan Kamingga
No comments
0 komentar:
Posting Komentar