Firman Allah swt, “Hal jaza ul ihsani illal ihsan, tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula”. Pernyataan itu tercantum dalam al quran surat Ar Rahman ayat 60. sementara Rasulullah saw bersabda yang artinya “Dan Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba itu menolong saudaranya”. Hadits ini diriwayat
Kan oleh Imam Muslim.
Kedua potongan landasan keislaman di atas telah dapat dirasakan oleh pak Shodiq. Orang yang dari masa muda telah aktip pada Remaja Mesjid berlanjut pada pengkaderan organisasi kepemudaan lainnya yang pada akhirnya melemparkannya kepada beberapa posisi, bahkan antar Departemen di Republok tercinta ini, meski tidak dipertanggung jawabkan oleh kas Negara, malah ia yang ikut berpartisipasi mengisi kas Negara.
Betapa tidak. Pak Sodiq dengan modal sedikit pendidikan agama, di lingkungan dimana ia tinggal diangkat sebagai tuan kadi, ketua stm, ketua bkm, sementara di sisi lain iapun menjabat sebagai kepala lingkungan yang sekaligus profesi hariannya sebagai supir beca mesin. Pak sodiq dengan demikian telah berkiprah pada Departemen Agama, Departemen Dalam Negeri dan juga sekaligus Departemen Perhubungan.
Posisinya itu lebih banyak fungsi sosial ketimbang keuntungan material, namun itu ia tekuni dengan aneka dukalaranya. Sementara sang isteri tercinta bertugas sebagai guru SD sekaligus Kepala pda Perguruan Swasta yang mesti masuk setiap hari, dengan motto,anak sakit ditinggalkan, tapi jika murid sakit diantarkan baik ke puskesmas maupun ke rumah orang tuanya.
Lima belas tahun sejak jabatanya yang tumpang tindih ia jalani, kini ia telah mengecap hasilnya. Anak pertama sebagai alumni dari fakultas tehnik pada perguruan tinggi negeri, begitu tiga bulan masa percobaan dari sebuah perusahaan telekomunikasi , diberikan satu unit kenderaan roda empat sebagai kenderaan dinas. Anak kedua yang mengikuti jejak ibunya sebagai guru, baru dua minggu diwisuda, karena jiran guru yang naik haji, maka sang anak diminta sebagai pengganti. Dengan janji kelak si anak diusulkan untuk memegang bidang studi sang ibu hajjah sebagian. Anak ketiga dengan modal hamper nol rupiah, dapat mengikuti akademi salah satu angkatan, dimana dalam waktu dekat sudah pula akan diwisuda. Dari empat orang zuriyatnya, hanya tinggal satu lagi puteri yang masih duduk pada jenjang SMA.
Apa yang dapat kita petik dari pergultan nasib Pak Sodiq. Untuk masa sekarang ini, di masyarakat lingkungan ia termasuk diacungi jempol dalam urusan keberhasilan mendidik anak, apalagi bila dikaitkan dengan penghasilan perbulannya yang bertugas pada tiga departemen sekaligus, namun tidak satupun yang dapat memberi penghasilam secara pasti, baik tanggal maupun nominal.
Dari kacamata agama, dua dalil di atas akan tetap bias dipakai sampai dunia ini kembali digulung pemiliknya. Bahwa siapa yang menabur benih dengan penuh ke ikhlasan, dia pasti akan menuaipanen di luar perkiraan. Bahwa siapa yang bergerak membantu serta memikirkan nasib orang banyak, maka yang punya orang banyak itu, yakni Allah swt pasti pula akan menolong.
Kenyataan yang dirasakan Pak Sodiq saat ini adalah perpaduan antara ayat-ayat qur’aniyah dengan ayat-ayat kauniyah (fakta alamiyah). Dari zaman dahulu hukum itu telah berlaku, sampai kini dan nanti. Hanya saja diperlukan sebuah keyakinan dan tekad, hal mana saat ini agak susah kita dapat. Kita saat sekarang ini lebih banyak berniat serta bertekad berdasarkan kepentingan. Menolong mendekat karena telah ditanam niat akan beroleh sesuatu dalam waktu dekat. Padahal yang kita tolong belum tentu ingat, apalagi merasa berhutang keringat.
Ketika sebuah niat dan tekad kita awali , bahwa harus memang berbuat sedemikian rupa, Yang Maha Kuasalah penilainya dan dari Dia jugalah pemberi imbalannya, karena Dia Maha Kaya, maka bias saja ia membei imbalan dari berbagai jalan yang tidak pernah kita bayangkan. Berani coba……….?
Binjai, Oktober 2010
Kan oleh Imam Muslim.
Kedua potongan landasan keislaman di atas telah dapat dirasakan oleh pak Shodiq. Orang yang dari masa muda telah aktip pada Remaja Mesjid berlanjut pada pengkaderan organisasi kepemudaan lainnya yang pada akhirnya melemparkannya kepada beberapa posisi, bahkan antar Departemen di Republok tercinta ini, meski tidak dipertanggung jawabkan oleh kas Negara, malah ia yang ikut berpartisipasi mengisi kas Negara.
Betapa tidak. Pak Sodiq dengan modal sedikit pendidikan agama, di lingkungan dimana ia tinggal diangkat sebagai tuan kadi, ketua stm, ketua bkm, sementara di sisi lain iapun menjabat sebagai kepala lingkungan yang sekaligus profesi hariannya sebagai supir beca mesin. Pak sodiq dengan demikian telah berkiprah pada Departemen Agama, Departemen Dalam Negeri dan juga sekaligus Departemen Perhubungan.
Posisinya itu lebih banyak fungsi sosial ketimbang keuntungan material, namun itu ia tekuni dengan aneka dukalaranya. Sementara sang isteri tercinta bertugas sebagai guru SD sekaligus Kepala pda Perguruan Swasta yang mesti masuk setiap hari, dengan motto,anak sakit ditinggalkan, tapi jika murid sakit diantarkan baik ke puskesmas maupun ke rumah orang tuanya.
Lima belas tahun sejak jabatanya yang tumpang tindih ia jalani, kini ia telah mengecap hasilnya. Anak pertama sebagai alumni dari fakultas tehnik pada perguruan tinggi negeri, begitu tiga bulan masa percobaan dari sebuah perusahaan telekomunikasi , diberikan satu unit kenderaan roda empat sebagai kenderaan dinas. Anak kedua yang mengikuti jejak ibunya sebagai guru, baru dua minggu diwisuda, karena jiran guru yang naik haji, maka sang anak diminta sebagai pengganti. Dengan janji kelak si anak diusulkan untuk memegang bidang studi sang ibu hajjah sebagian. Anak ketiga dengan modal hamper nol rupiah, dapat mengikuti akademi salah satu angkatan, dimana dalam waktu dekat sudah pula akan diwisuda. Dari empat orang zuriyatnya, hanya tinggal satu lagi puteri yang masih duduk pada jenjang SMA.
Apa yang dapat kita petik dari pergultan nasib Pak Sodiq. Untuk masa sekarang ini, di masyarakat lingkungan ia termasuk diacungi jempol dalam urusan keberhasilan mendidik anak, apalagi bila dikaitkan dengan penghasilan perbulannya yang bertugas pada tiga departemen sekaligus, namun tidak satupun yang dapat memberi penghasilam secara pasti, baik tanggal maupun nominal.
Dari kacamata agama, dua dalil di atas akan tetap bias dipakai sampai dunia ini kembali digulung pemiliknya. Bahwa siapa yang menabur benih dengan penuh ke ikhlasan, dia pasti akan menuaipanen di luar perkiraan. Bahwa siapa yang bergerak membantu serta memikirkan nasib orang banyak, maka yang punya orang banyak itu, yakni Allah swt pasti pula akan menolong.
Kenyataan yang dirasakan Pak Sodiq saat ini adalah perpaduan antara ayat-ayat qur’aniyah dengan ayat-ayat kauniyah (fakta alamiyah). Dari zaman dahulu hukum itu telah berlaku, sampai kini dan nanti. Hanya saja diperlukan sebuah keyakinan dan tekad, hal mana saat ini agak susah kita dapat. Kita saat sekarang ini lebih banyak berniat serta bertekad berdasarkan kepentingan. Menolong mendekat karena telah ditanam niat akan beroleh sesuatu dalam waktu dekat. Padahal yang kita tolong belum tentu ingat, apalagi merasa berhutang keringat.
Ketika sebuah niat dan tekad kita awali , bahwa harus memang berbuat sedemikian rupa, Yang Maha Kuasalah penilainya dan dari Dia jugalah pemberi imbalannya, karena Dia Maha Kaya, maka bias saja ia membei imbalan dari berbagai jalan yang tidak pernah kita bayangkan. Berani coba……….?
Binjai, Oktober 2010