Lencana Facebook

Sabtu, 02 Juni 2012

Sejarah Perjuangan Oedin Selaku Perintis Pejuang Kemerdekaan Indonesia Disusun oleh : Drs. Paman NIP 1700003453


Sejarah Perjuangan Oedin Sebagai Perintis Kemerdekaan Nomor Pol : 603/67/PK
Pendahuluan
                Semenjak abad XVI rakyat Indonesia dibawah pimpinan Raja-raja atau pemuka-pemuka agama terus menerus berusaha melepaskan diri dari penjajahan.
                Keinginan untuk melepaskan diri dari penjajahan disebabkan rasa tidak enaknya dijajah, ditindas dan diperas.
                Perjuangan bersenjata atau secara fisik saja oleh raja-raja atau pemuka masyarakat dan agama tidaklah mempan, hal ini disebabkan antara lain perjuangan itu sama lain masih terpisah-pisah sesuai sesuai dengan kondisi geografis. Indonesia yang teridir dari banyak pulau pulau. Bahkan perjuangan yang terpisah pisah itu tidak berhasil, yang semakin lama semakin lemah kedudukan raja-raja dan kewibawaan para pemimpin agama itu sendiri.
                Kemudian semenjak abad XX, strategi perjuangan rakyat Indonesia disamping perjuangan fisik juga menggunakan organisasi yang teratur. Mulai abad XX tumbuhlah organisasi yang secara tersembunyi mempunyai tujuan perjuangan politik yaitu mengusir penjajahan.
                Pada mulanya organisasi itu menamakan dirinya menurut kedaerahan antara lain dikenal Yong Java, Yong Ambon, Yong Selebes, Yong Sumatera dan lain-lain.
                Organisasi anti penjajahan ini semakin berkembang dan semakin dihayati oleh rakyat Indonesia terutama pemudanya yang selain aktif memperkuat organisasi dengan tujuan melenyapkan penjajah. Akhirnya organisasi organisasi tumbuh dan berkembang sampai kepelosok daerah di Indonesia, termasuk Minangkabau yang sekarang Sumatera Barat sampai kenegariannya.
                Tujuan organisasi jelas bertentangan dengan kehendak kaum penjajah yang berkeinginan kedudukannya di daerah jajahan bertahan untuk selama lamanya. Untuk mewujudkan kehendak kaum penjajah ini, maka mulailah sipenjajah mengancam organisasi organisasi dengan cara menangkap, menyiksa pengurusnya dengan maksud kegiatan organisasi berhenti.
                Dilihat dari pase perjuangan Rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, maka mereka yang berjuang menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dinamakan Perintis Kemerdekaan Rakyat Indonesia.
                Perintis Kemeredekaan Rakyat Indonesia ini tersebar hampir seluruh pelosok Tanah Air Indonesia, sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan organisasi yang telah disebutkan di atas.
                Bagi daerah Sumatera Barat jumlah Pejuan Perintis Kemerdekaan tidaklah dapat dihitung dengan jumlah bilangan jari karena mencapai beberapa puluhan. Satu diantaranya akan ditulis dibawah ini riwayat perjuangannya sesuai dengan bahan yang diberikannya kepada penulis melalui wawancara dengan yang bersangkutan.
Identitas :
1.       Nama                                                    : Oedin.
2.       Tempat dan tanggal lahir              : Lubuk Alung, tahun 1907
3.       Pendidikan                                         : Sekolah Desa (Kelas 3)
4.       Alamat                                                  : Kuraitaji
5.       Nama isteri                                         : Rafiah Jakfar
6.       Tahun Perkawinan                          : 1928
7.       Pendidikan                                         : Thawalib kelas V
8.       Jumlah anak                                       : 9 orang, dengan identitas :
a.       Nama                                            : Saadah
Pendidikan                                 : Diniyah
Pekerjaan                                   : Almarhumah
Jumlah anak                               : 8 orang
b.      Nama                                            : Syafinah BA
Pendidikan                                 : Sarjana Muda
Pekerjaan                                   : Anggota DPR Tk I Sumatera Barat
Jumlah anak                               : 2 orang
c.       Nama                                            : Bachrudin BA (Fachrudin BA)
Pendidikan                                 : Sarjana Muda
Pekerjaan                                   : Kepala SMP
Jumlah anak                               : 6 orang
d.      Nama                                            : Drs. Asdie
Pendidikan                                 : Sarjana
Pekerjaan                                   : Pegawai Bank International Jakarta
Jumlah anak                               : 2 orang
e.      Nama                                            : Asnah
Pendidikan                                 : SMA
Pekerjaan                                   : Rumah tangga
Jumlah anak                               : 8 orang
f.        Nama                                            : Drs. Hizbullah
Pendidkan                                  : Sarjana
Pekerjaan                                   : Pegawai Dinas Pertanian
Jumlah anak                               : 1 orang
g.       Nama                                            : Sumarman
Pendidikan                                 : Fakultas Hukum
Pekerjaan                                   : Mahasiswa
Jumlah anak                               : -
h.      Nama                                            : Uriah
Pendidikan                                 : SMP
Pekerjaan                                   : Rumah tangga
Jumlah anak                               : -
i.         Nama                                            : Hakimah
Pendidikan                                 : SMP
Pekerjaan                                   : Rumah tangga
                Jumlah cucu Peintis Kemerdekaan Oedin pada saat penulisan ini adalah 27 orang. Melihat identitas anak-anak Perintis Kemerdekaan Oedin lebih 50 % menduduki perguruan tinggi, ini suatu bukti bahwa perjuangan Beliau ingin dilanjutkan oleh generasi sesudah Beliau.
Riwayat Perjuangan Oedin Sebagai Perintis Kemerdekaan
Masa penjajahan Belanda
                Perintis Kemerdekaan Oedin sejak remaja sudah tidak senang dengan penjajahanBelanda. Beliau berjuan tidak melalui perjuangan fisik, melainkan melalui jalur politik. Organisasi politik yang dimasuki Oedin adalah Komunis. Pada masa permulaan perjuangan Perintis Kemerdekaan Oedin oleh pihak Belanda semua kelompok yang menantang penjajah dinamakan Kaum atau Kelompok Komunis. Sedangkan organisasi keagamaan Perintis Kemerdekaan Oedin adalah Muhammadiyah.
                Dalam perjuangan organisasi ini Perintis Kemerdekaan Oedin mendapat dukungan dari teman-temannya dan masyarakat, sehingga Beliau menjadi pengurus dimana organisasi yang dimasukinya. Beliau sering mengadakan pertemuan pertemuan dan dikunjungi oleh teman temannya untuk membicarakan langkah langkah menghasut masyarakat agar benci dan engkar kepada Belanda.
                Kegiatan Perintis Kemerdekaan Oedin ini diketahui oleh pihak Belanda dan Beliau ditangkap Belanda dikampungnya sendiri yaitu di Kuraitaji pada tahun 1926. Beliau ditangkap baru berumur 19 tahun.
                Pada hari pertama Beliau ditangkap, Beliau ditahan di Kantor Kepala Nagari Kuraitaji. Pada malam harinya Perintis Kemerdekaan Oedin dapat melarikan diri melalui jendela kamar tahanan yang kebetulan tidak terkunci.
                Beliau lari dari tahanan dan dan pergi ke rumah teman dan bersembunyi di rumah tersebut sampai pagi. Besok paginya Beliau meninggalkan Kuraitaji menjuju Sicincin dengan diantar oleh teman yang punya rumah tempat bermalam. Dari Sicincin Beliau meneruskan perjalanannya ke Solok. Setelah satu minggu di Solok , Beliau merencanakan hendak pergi ke Palembang dengan mampir lebih dahulu di beberapa tempat antara lain Sijunjung dan Muara Tebo.
                Di Muaro Tebo Perintis Kemerdekaan Oedin tinggal satu bulan. Selama satu bulan itu Beliau menumpang  di rumah seorang China Komunis dan China itulah yang memberi makan yang dibelikannya dari kedai nasi. Dari Muara Tebo Perintis Kemerdekaan Oedin meneruskan perjalanannya ke Jambi. Di Jambi Beliau tinggal satu bulan dan menumpang di rumah teman.
                Pada saat  Perintis Kemerdekaan Oedin di Jambi, Belanda telah menyebar marsosenya di seluruh Pulau Sumatera. Tugas marsose Belanda ini antara lain mengawasi rakyat Pribumi, kalau kalau ada yang engkar menentang Belanda. Juga menjadi tugas marsose adalah mencari orang-orang yang melarikan diri dari tahanan Belanda, terutama yang mempunyai kesalahan menentang dan memberontak terhadap Belanda.
                Berita tentang melarikan diri Perintis Kemerdekaan Oedin dari tahanan Belanda di Kurai taji sudah ada pada marsose di beberapa daerah dan begitu juga di Jambi. Hal ini terdengar oleh Perintis Kemerdekaan Oedin. Mendengar berita tentang adanya marsose mencari di Jambi, maka Beliau ingin berangkat atau meneruskan perjalanannya ke Palembang.
                Sewaktu akan naik kapal yang hendak pergi ke Palembang, maka diketahuilah oleh marsose Belanda bahwa salah seorang yang akan naik kapal adalah orang yang melarikan diri dari tahanan Belanda yang bernama Oedin. Dia langsung ditangkap. Perintis Kemerdekaan Oedin ditahan dalam bui Jambi selama satu bulan. Selama dalam bui Jambi Perintis Kemerdekaan Oedin tidak mengalami siksaan fisik.
                Peristiwa tertangkapnya kembali Perintis Kemerdekaan Oedin di Jambi, maka kontroler Pariaman meminta kepada kontroler Jambi agar tahanan yang bernama Oedin berasal dari daerah Pariaman dapat dikirim kembali ke Pariaman. Permintaan itu dikabulkan oleh kontroler Jambi dan mempersiapkan pengawal untuk mengantar Oedin agar jangan lari dalam perjalanan menuju Sijunjung, dan terlebih dahulu mampir dulu di Muaro Tebo. Dalam perjalanan kembali ke Pariaman banyak juga peristiwa yang dialami oleh Perintis Kemerdekaan Oedin baik yang merupakan siksaan maupun ujian terhadap agama.
                Peristiwa-peristiwa Sewaktu Kembali ke Pariaman
                Dari bui Jambi dikirim oleh kontroler Jambi ke Muaro Tebo, dan ditahan di sana selama lima hari. Kemudian dari Muaro Tebo diantar oleh militer Belanda ke Sijunjung. Perjalanan menuju Sijunjung dengan jalan kaki dan kaki satu dipasang rantai yang cukup panjang. Dalam perjalanan ini Perintis Kemerdekaan Oedin dikawal oleh militer Belanda sebanyak sebelas orang.
                Setelah tiga kilo meter berjalan kaki dari Muaro Tebo Perintis Kemerdekaan Oedin meminta kepada pengawal agar belenggu rantai yang terpasang dikaki dapat dibuka. Mula mula militer Belandayang mengawal tidak mau. Perintis Kemerdekaan Oedin mendesak terus akhirnya pengawal mau dengan syarat jika menjauhi pengawal seratus meter tanpa memberi tahukan akan ditembak. Syarat tersebut diterima oleh Perintis Kemerdekaan Oedin dan belenggu rantai dibuka.
                Selama dalam perjalanan Perintis Kemerdekaan Oedin disamping siksaan fisik, juga keimanannya terhadap agama juga diuji. Peristiwa ini terjadi sewaktu sampai di Teluk Kuali, saat itu pengawal menembak babi hutan, kemudian dimasak. Masakan babi itu disuruh makan oleh Perintis Kemerdekaan Oedin, dan Beliau tidak mau dan dikatakannya dilarang oleh orang tua. Dijawab oleh pengawal bukan orang tua yang melarang melainkan agama. Perintis Kemerdekaan Oedin tetap tidak mau.
                Lama perjalanan dari Muaro Tebo menuju Pulau Punjung dilaksanakan/memakan waktu selama sepuluh hari. Sampailah Perintis Kemerdekaan Oedin yang dikawal sebelas militer di Pulau Punjung pada malam hari. Keesokan harinya Perintis Kemerdekaan Oedin minta pada pengawal agar dapat membicarakan dengan Asisten Demang supaya perjalanan ke Sijunjung dapat dengan mobil. Mobil ada di Sawahlunto.  Perintis Kemerdekaan Oedin minta agar Asisten Demang menelepon ke Sawahlunto. Asisten Demang tidak mau dan akhirnya Oedin sendiri yang menelepon.
                Besok paginya datanglah prah oto dari Sawahlunto membawa rombongan ke Sijunjung. Sampai di  Sijunjung Perintis Kemerdekaan Oedin diserah terimakan kepada Jaksa Sijunjung yang bernama Sildo. Oleh jaksa Sijunjung ditahan dalam bui selama lima hari, kemudian dibawa ke Sawahlunto dan dikawal oleh dua orang polisi. Setibanya di Sawahlunto, ternyata bui di Sawahlunto penuh dengan orang orang yang memberontak kepada Belanda di Silungkang. Akhirnya Perintis Kemerdekaan Oedin ditahan dalam kantor polisi selama satu minggu, kemudian melanjutkan perjalanan ke Pariaman.
                Dalam perjalanan menuju Pariaman Perintis Kemerdekaan Oedin tangannya dibelenggu dan dikawal oleh dua orang polisi. Perjalanan dengan menggunakan kereta api. Sejak mulai berangkat dari Sawahlunto, Perintis Kemerdekaan Oedin memperhatikan logat bahasa polisi pengawal dan menerka polisi ini pasti orang Pariaman. Kemudian  Perintis Kemerdekaan Oedin bertanya pada polisi pengawal, “Komandan kedengarannya seperti orang Pariaman ?”. langsung dijawab, “Ya”. Pertanyaan dilanjutkan dimana Pariamannya. Dijawab: “Sikapak”. “Kalau begitu sama sama orang Sikapak kita.
                Setelah perkenalan demikian maka Perintis Kemerdekaan Oedin minta agar belenggu yang terpasang ditangannya dibuka. Permintaan ini dikabulkan, sehingga sampai di Pariaman tidak terbelenggu lagi. Sampailah di Pariaman kira-kira jam 17.30, langsung diserahkan kepada kontroler. Dan kontroler berkata, “Sudah telat ini”. Maka dijawab langsung oleh Perintis Kemerdekaan Oedin, “Buka saya yang telat tuan”. Kemudian langsung masuk bui Pariaman. Kejadian ini terjadi dalam tahun 1927.
                Di Bui Pariaman
                Perintis Kemerdekaan Oedin ditahan dalam bui Pariaman selama satu tahun delapan bulan. Menurut peraturan bui Pariaman, para tahanan tidak diperkenankan keluar bui. Peraturan ini memang tidak enak bagi Perintis Kemerdekaan Oedin dan berfikir bagaimana cara dapat keluar penjara atau bui. Kemudian Oedin minta kepada penjaga penjara agar dapat bertugas membersihkan pekarangan. Kalau membersihkan pekarangan berarti membuangkan sampah harus keluar pekarangan yaitu ke kali yaitu ke jembatan. Permintaan ini dikabulkan oleh penjaga bui.
                Hampir setiap hari Perintis Kemerdekaan Oedin membuang sampah ke jembatan. Di jembatan tersebut Beliau beristirahat dan sering bertemu dengan teman teman atau orang orang yang berasal dari Kuraitaji. Pada umumnya teman teman yang bertemu itu memberi uang untuk belanja. Tetapi uang yang diberikan oleh teman itu tidak dibelanjakan tetapi diberikan kepada kepada penjaga bui dengan demikian Perintis Kemerdekaan Oedin banyak dapat kebebasan dalam bui serta keringanan dalam pekerjaan. Selama dalam bui Pariaman Perintis Kemerdekaan Oedin tidak ada mengalami siksaan fisik atau dipukuli.
                Setelah satu tahun delapan bulan dalam tahanan bui Pariaman datanglah Prof. Skrike dari Batavia Centrum untuk memeriksa tahanan yang disebabkan masalah politik. Teman teman Perintis Kemerdekaan Oedin yang sama sama ditahan dalam bui Pariaman adalah:
1.       Mantari Juli
2.       Rum dari Paingan
3.       Bakar Ongkang dari Kampung Dalam
Pemeriksaan Perintis Kemerdekaan Oedin dilakukan oleh Prof. Skrike dengan pertanyaan : “Betul mau perang, memberontak kepada Belanda”. Dijawab oleh Oedin, : “Saya tidak mengerti tuan, perkara itu”. Setelah pemeriksaan, maka Prof. Skrike berbicara dengan kontroler dan akhirnya,
-          Oedin
-          Rum
-          Mantari Juli, bebas dari tahanan.
Khusus untuk Perintis Kemerdekaan Oedin yang menyebabkan bebas dati tahanan adalah karena masih kecil, yang pada saat itu berumur 21 tahun. Sedangkan Bakar Ongkang dibuang ke Digul.
                Setelah Keluar Dari Tahanan
                Selama satu minggu dirumah setelah keluar dari bui, Perintis Kemerdekaan Oedin selalu dikunjungi oleh teman-temannya. Melihat keadaan yang demikian orangtuanya menjadi gelisah, takut kalau kalau anaknya ditangkap lagi oleh Belanda. Orang tua Perintis Kemerdekaan Oedin menganjurkan agar anaknya pergi ke daerah lain. Anjuran ini diterima oleh Oedin dan pergi ke Payakumbuh. Dari Payakumbuh terus ke Pekanbaru. Dari Pekanbaru terus ke Singapura dan berada di Singpur selama enam bulan. Di Singapur berinduk semang dengan seorang keling dan bekerja sebagai penjual roti. Sesudah enam bulan di Singapur Beliau tidak merasa enak lagi di sana dan ingin kembali ke Sumatera. Untuk kembali ke Sumatera tentu memerlukan biaya untuk menyewa kapal yang jumlahnya cukup besar kalau dibanding dengan kemampuan Perintis Kemerdekaan Oedin pada waktu itu. Maka timbulah akal bagi Perintis Kemerdekaan Oedin untuk menyewa pakaian klasi kapal yang akan berangkat ke Belawan. Rencana ini dilaksanakannya dan berhasil membawanya ke Belawan dan turun dengan selamat.
                Turun di Belawan Perintis Kemerdekaan Oedin terus ke Medan. Sampai di Medan menumpang di rumah Ketua Muhammadiyah di Kampung Keling. Beliau tinggal di rumah Ketua Muhammadiyah itu selama satu bulan. Kemudian Perintis Kemerdekaan Oedin mendengar bahwa kontroler yang menangkapnya dulu di Pariaman sudah pindah. Mendengar hal itu Perintis Kemerdekaan Oedin berangkat pulang ke Pariaman, ke kampung halamannya di Kurai taji.
                Di Kurai taji, Perintis Kemerdekaan Oedin mulai memimpin organisasi Muhammadiyah dan kemudian menjadi Direktur Rumah Yatim Muhammadiyah di Kurai taji pada tahun 1935. Dalam tahun itu juga (1935) Perintis Kemerdekaan Oedin pindah ke Padang Panjang dan menjadi anggota Majelis Konsul Muhammadiyah Minangkabau. Sebagai anggota Majelis Perintis Kemerdekaan Oedin ditugaskan oleh Pengurus Muhammadiyah Minangkabau untuk menghadiri kongkes ke-27 Muhammadiyah di Malang. Beliau ditugaskan sebagai Wakil Pemuda Muhammadiyah Minangkabau. Sewaktu mengikuti kongres, Perintis Kemerdekaan Oedin berkenalan dengan Soedirman, yang kemudian menjadi Jenderal soedirman.
                Pada tahun 1942, Perintis Kemerdekaan Oedin menjadi utusan Muhammadiyah Minangkabau untuk menghadiri konfrensi Konsul Konsul Muhammadiyah di Bengkulu. Waktu konfrensi konsul-konsul itu Perintis Kemerdekaan Oedin berkenalan dengan K. H. Mas Mansyur, ketua Muhammadiyah seluruh Indonesia dan Bung Karno. Dalam konfrensi tersebut, Perintis Kemerdekaan Oedin terpilih sebagai Ketua sidang dan Bung Karno sebagai Sekretaris. Sewaktu itulah perkenalan Perintis Kemerdekaan Oedin dengan Bung Karno. Perkenalan itu menjadi erat sehingga Bung Karno mengundang makan Perintis Kemerdekaan Oedin ke rumahnya.
Masa Penjajahan Jepang
                Dasar perjuangan Perintis Kemerdekaan Oedin memang anti penjajahan. Hal ini terbukti pula pada masa penjajahan Jepang. Juga Beliau membenci pemerintahan Jepang.
Jepang mempunyai taktik mempergunakan dan mengikut sertakan pemimpin masyarakat untuk membantu pelaksanaan usaha dan mempertahankan jajahannya. Maka dari itu Jepang sebelum masuk suatu daerah mempelajari lebih dahulu pemuka-pemuka masyarakat setempat yang berpengaruh. Untuk daerah Pariaman tercatatlah Perintis Kemerdekaan Oedin.
                Kemudian Perintis Kemerdekaan Oedin dipanggil oleh Pemerintahan Jepang. Sewaktu menghadap Pimpinan Jepang di Padang Panjang maka Perintis Kemerdekaan Oedin mendapat tugas kehormatan sebagai Penasehat Pemerintahan Jepang di bidang penyelesaian masalah masalah sosial. Tugas itu diberikan dengan suatu surat penunjukan. Perintis Kemerdekaan Oedin tetap tidak senang akan tindakan dan perbuatan orang Jepang yang tidak sesuai dengan adat dan agama. Perintis Kemerdekaan Oedin tetap menentang sehingga ada beberapa peristiwa yang dialaminya masa Pemerintahan Jepang antara lain :
a.       Penertiban sikap dan perbuatan orang Jepang.
Perintis Kemerdekaan Oedin memang anti penjajah dan menegakkan agama dan mempertahankan adat. Pada waktu serdadu orang Jepang tinggal di daerah Kurai taji, serdadu tersebut tidak memperhatikan ajaran agama dan adat setempat. Perintis Kemerdekaan Oedin dan masyarakat Kurai taji melihat serdadu Jepang mandi di surau Muhammadiyah tanpa kain basahan atau celana mandi. Kemudian naik surau tanpa kain sediktpun dan bersuka ria dalam surau.
Melihat keadaan yang demikian Perintis Kemerdekaan Oedin dan masyarakat tidak merasa senang, karena keadaan demikian jelas merusak agama dan adat. Perintis Kemerdekaan Oedin bertindak untuk mencegah sikap dan perbuatan serdadu Jepang tersebut dengan menemui komandan serdadu Jepang. Sewaktu menemui Komandan dan membicarakan tentang perbuatan serdadu Jepang di Kurai taji yang melanggar agama, adat yang mengakibatkan masyarakat tidak senang.
Mendengar pembicaraan Perintis Kemerdekaan Oedin yang menyalahkan serdadu Jepang yangtidak punya tata tertib, maka komandan serdadu jepang merasa tersinggung, maka komandan marah kepada Perintis Kemerdekaan Oedin dan diancam dengan meletakan pedangnya di meja dengan menghadapkan mata pedang kepada Oedin. Pada saat itulah Perintis Kemerdekaan Oedin mengeluarkan surat yang diberikan pimpinan Jepang di Padang Panjang dulu. Surat itu dibaca komandan Jepang, tiba tiba wajah komandan Jepang jadi pucat dan langsung hormat kepada surat itu tiga kali. Dan komandan serdadu Jepang memerintahkan kepada anggotanya agar menjaga ketertiban di Kurai taji.
Setelah itu serdadu Jepang tidak ada mandi tanpa kain atau celana mandi di surau Muhammadiyah Kuraitaji. Mulai saat itu  Perintis Kemerdekaan Oedin digelari oleh serdadu Jepang “Tuan Besar”. Adapun pertolongan dari surat yang diberikan oleh pimpinan Jepang, maka Perintis Kemerdekaan Oedin menamakan surat itu “surat wasiat”.
(Tidak semua orang Jepang mengetahui perihal Buya mendapat surat berhuruf kanji itu. Dilain peristiwa, dengan beberapa anak negeri Buya berbaur dalam satu truk. Disamping supir, komandannya tertidur pulas. Rombongan Buya, anak negeri rebut, berisik. Ricuh. Buya sudah mengingatkan, bahwa dengan sikap anak negeri itu berarti menganggu tidur komandan yang pulas di samping supir. Peringatan Buya tidak digubris. Benar saja, komandan yang merasa terganggu tidurnya karena berisiknya para penumpang truk, menyuruh supir memberhentikan truk. Setiap penumpang disuruh turun satu persatu dan menerima tendangan telak dari kaki komandan Jepang. Ketika giliran Buya, Buya mengeluarkan surat itu dari sakunya. Sebelum turun, Buya memperlihatkan surat sakti itu. Komandan terkejut, hormat tiga kali dan mempersilahkan Buya menggantikannya duduk disamping supir.
Stasiun kereta api Lubuk Alung Pariaman. Surat sakti ini kembali menyelesaikan masalah. Seorang anak negeri yang karena mabuk tidak menyadari sedang berhadapan dengan seorang serdadu Jepang. Serdadu yang merasa tuan yang perlu dilayani, dihormati, akhirnya menjadi emosi melihat sianak negeri yang mabuk ini. Sebelum terjadi peristiwa lebih lanjut yang tidak diinginkan, Buya yang kebetulan berada di sana mencoba melerai perselisihan. Si Jepang tidak menerima. Kemudian Buya mengeluarkan surat sakti itu. Hasilnya sama seperti dengan dua peristiwa di atas. Tentera Jepang hormat tiga kali seraya ngeluyur pergi meninggalkan Buya.
Ramli seorang tukang jahit yang merasa bagak mengajak berkelahi seorang tentera Jepang. Perbuatan diluar pertimbangan akal sehat itu berbuntut dengan dianiayanya Ramli dengan beberapa tentera Jepang. Ramli diikat di batang pohon dadak. Di pohon itu kebetulan sarang semut merah. Bisa dibayangkan bagaimana menderitanya Ramli yang merasa bagak tadi, dengan menghiba orangtua Ramli datang ke Buya. Syukur, penderitaan Ramli tidak berkelanjutan lebih lama. Surat yang membawa Buya ke dalam kejadian-kejadian luar biasa itu, dibakar ketika dalam satu perjalanan Belanda melakukan razia disaat untuk kedua kalinya Belanda masuk ke Indonesia.

B. Membantu Bung Karno.
Pada tahun 1944 Bung Karno dipindahkan dari Bangkahulu ke Jakarta,untuk berangkat ke Jakarta Bung Karno dibawa terlebih dahulu ke Padang. Di padang Bung Karno dibantu oleh Perintis Kemerdekaan Oedin untuk mengurus keberangkatannya.
Perintis Kemerdekaan Oedin menemui pembesar Jepang, untuk meminjam mobil. Usaha Perintis Kemerdekaan Oedin berhasil yaitu dapat pinjaman mobil untuk membawa bung karno ke Palembang dan dari palembang akan terus kejakarta.
C. Akan mendirikan Hizbullah.
Pada tahun 1944 Perintis Kemerdekaan Oedin bermaksud akan mendirikan organisasi Hizbullah bersama sama dengan teman temannya. Maksudnya ini dibicarakan terlebih dahulu dengan pembesar jepang, dengan hasil bahwa Jepang tidak dapat menetujui berdirinya Hizbullah.
Pada saat itu isteri Perintis Kemerdekaan Oedin sedang hamil tua karena keadaan isterinya sudah hamil tua beliau pulang ke kuraitaji. Setelah beberapa hari dirumah isterinya maka isterinya melahirkan anak laki laki. Oleh karena usahanya gagal untuk mendirikan organisasi maka nama organisasi itu dinamakannya pada anak yang baru lahir. Setelah beberapa hari anak beliau lahir maka beliau berangkat kembali ke padang panjang. Sesampai di padang panjang bertemu dengan temannya AR Sutan Mansur, dan dikatakannya bahwa dikuraitaji sudah ada Hizbullah. AR Sutan Mansur mendesak apakah benar saudara sudah mendirikan Hizbullah di kuraitaji ? Perintis Kemerdekaan Oedin menjawab : “betul dikuraitaji sudah ada hizbullah”, yaitu anak saya yang baru lahir dinamakan Hizbullah.
Sesudah 17 Agustus 1945
Perintis Kemerdekaan Oedin tidak saja sebagai perintis tetapi juga pejuang kemerdekaan dan pengisi kemerdekaan. Sebagai pejuang kemerdekaan banyak mempunyai kegiatan hal ini dapat dilihat dari kegiatan kegiatan sebagai berikut :
Pada tanggal 10 Nopember 1945 Perintis Kemerdekaan Oedin bersama Bagindo Aziz Chan menghadiri kongres pemuda, beliau hadir sebagai wakil pemuda Muhammadiyah Minangkabau. Kongres diadakan di Yogyakarta. Hadir dalam kongres antara lain Bung karno dan Bung Hatta. Kongres dihadiri oleh lebih kurang 300 orang pemuda Indonesia. Pada akhir kongres dipimpin oleh Perintis Kemerdekaan Oedin dan kongres dapat berjalan dengan lancar dengan pokok pembicaraan menghadapi masalah “Surabaya”. Suatu akan menutup kongres jam 5 pagi  Perintis Kemerdekaan Oedin berpantun :
Lancang kuning berlayar malam/angin ribut haripun kelam/kalau nahkoda paham tak dalam/dipinggir pantai kapal tenggelam/.
Tanggal 11 Nopember 1945 di Yogyakarta diadakan rapat akbar pada umumnya dihadiri oleh wanita. Pada kesempatan ini Perintis Kemerdekaan Oedin berpidato yang isinya menggerakan kaum wanita untuk ikut berjuang dengan memberikan sumbangan berupa nasi bungkus. Sebagai hasil pidatonya adalah kaum wanita menyumbangkan nasi bungkus untuk dibawa ke Surabaya.
Perintis Kemerdekaan Oedin berada di Yogyakarta selama 1 minggu. Selama 1 minggu itu Perintis Kemerdekaan Oedin setiap jam 1 siang selalu dijemput Panglima Soedirman untuk makan siang. Pada waktu Perintis Kemerdekaan Oedin akan pulang diberi tugas oleh Panglima Soedirman sebagai Penasihat Panglima Sumatera di Bungkit Tinggi. Penunjukkan itu dengan surat yang dibuat sendiri Panglima Soedirman.
Sesampai di Bukittinggi Perintis Kemerdekaan Oedin menemui panglima di Bukit tinggi dan memperlihatkan surat yang diberikan oleh panglima Soedirman. Pembesar militer di Bukit tinggi yang bertemu berkata : “sudah dapat pangkat saja” dan dijawab oleh Perintis Kemerdekaan Oedin  :”saya tidak tahu,  ini yang buat adalah panglima Soedirman”. Pada tahun 1946 Perintis Kemerdekaan Oedin dipanggil oleh Dr. Jamil agar datang ke Padang menemuinya. Sewaktu pertemuan Perintis Kemerdekaan Oedin dengan dokter Jamil maka Dr jamil menunjuk Oedin sebagai Kepala Dewan Polisi Sumatera Tengah di Padang. Kemudian pindah ke Bukittinggi karena sekutu sudah mengadakan penyerangan.
Kemudian di Bukittinggi Bung Hatta membentuk Front Pertahanan Nasional. Dalam sidang pembentukkan maka terpilih sebanyak 5 orang yaitu :
1.       Hamka sebagai ketua
2.       Chatib Sulaiman sebagai wakil ketua
3.       Oedin sebagai pemimpin laskar
4.       KariHalin / Karim Halim sebagai wakil pemuda
5.       Rasuna said sebagai wakil wanita.
Pada tanggal 1 januari 1947 Perintis Kemerdekaan Oedin terpilih sebagai anggota komite nasional indonesia pusat (KNIP). Pada hari itu juga langsung berangkat ke Malang untuk menghadiri sidang KNIP. Sidang membicarakan perjanjian linggarjati. Selesai sidang maka Perintis Kemerdekaan Oedin langsung pulang ke Bukittinggi. Dalam tahun 1947 itu juga Bung karno datang ke Padang. Perintis Kemerdekaan Oedin dibawa bung karno ke Pariaman, solok dan maninjau.
Sewaktu Bung karno akan berangkat ke Jakarta Perintis Kemerdekaan Oedin ikut mengantar ke Tabing. Dipelabuhan udara Tabing Bung Karno berkata kepada Oedin, saya dengar saudara menolak jadi Bupati. Dan dijawab oleh Oedin iya, karena di hati saya tidak ada keinginan. Kemudian Bung Karno memerintahkan kepada Perintis Kemerdekaan Oedin agar dari lapangan ini terus ke kantor Gubernur di Bukittinggi.
Di kantor Gubernur Perintis Kemerdekaan Oedin dibujuk agar mau jadi Bupati. Atas nasehat Dokter Rahim maka jabatan Bupati diterima. Tetapi panggilan Bupati ditolak dan ditukar sebagai pegawai tinggi yang ditugaskan di Kabupaten Pariaman. Kemudian dipindahkan ke Batusangkar sebagai Patih, dan ke Rengat sebagai Bupati kemudian ke Pesisir Selatan sebagai Bupati.
Penutup
Demikianlah riwayat perjuangan Perintis Kemerdekaan Oedin yang berasal dari Kuraitaji Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera barat. Beliau bukan saja sebagai Perintis Kemerdekaan  tetapi juga sebagai pejuang dan pengisi kemerdekaan bangsa indonesia.
Mudah mudahan penulisan ini ada manfaatnya bagi generasi sesudah beliau.

                                                                                                Lubuk Alung, juli 1980.
                                                                                                Penulis ..

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops