Lencana Facebook

Senin, 08 November 2010

Kekuasaan yang menolong

Allah swt berfirman dalam Al Quran surat Al Isra’ ayat 80 yang artinya :

"Dan Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong".
Ayat di atas senantiasa mengingatkan manusia jika mendapatkan kekuasaaan hendaknya menjadikannya sebagai doa. Kekuasaan yang menolong tentu saja kekuasaan yang membawa keberkahan, kebaikan, keselamatan dan kesejahteraan segenap warga, tidak saja yang pro, termasuk juga kepada yang kontra.
Sebuah kekuasaan yang kalau dilihat dari perspektif zaman modern ini, ia akan mengambil bentuk dalam format kekuasaan yang adil, terbuka dan demokratis. Kekuasaan yang demikianlah yang akan mampu membangkitkan harapan dan membentangkan kepercayaan yang luas dari ummat atau warga. Kekuasaan yang terjauh dari sikap arogansi, ketertutupan, kezaliman dan tirani.
Bagi setiap orang yang dikaruniai kekuasaan, hendaknya ia selalu bersikap rendah hati (tawadhu’), tahu diri (introspeksi) bahwa kekuasaan yang sedang singgah di tangannya hanyalah Amanah dari Allah swt, bukan milik pribadi. Karena itu usia sebuah kekuasaan selalu lebih pendek dari yang diperkirakan manusia.
Sungguhpun demikian, selalu saja terjadi ironi dalam kekuasaan itu, antara lain bila kekuasaan itu sudah di tangan, membuat orang yang memegangnya begitu cepat mabuk dan lupa diri. Orang lebih sering menikmati kekuasaan sebagai milik mutlak pribadinya dari pada sebagai Amanah dari Allah swt. Jika saja seseorang menyadari benar bahwa kekuasaan yang dititipkan Allah swt kepada yang bersangkutan pada hakikatnya “untuk menolong” masyarakat, tentu orang itu tidak akan mudah memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri.
Allah swt berfirman dalam Al quran surat Al Mukminun ayat 8 yang artinya :

"Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya".

Dilanjutkan dengan FirmanNya disurat yang sama ayat 10-11 :

10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,

11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.

Karena itulah Nabi Muhammad saw pernah mengingatkan ummatnya supaya melihat kekuasaan sama, misalnya dengan melihat bangkai yang menjijikan. Maksudnya agar semua orang dapat bersikap ekstra hati-hati. Misalnya tidak mudah tergoda atau terpesona oleh daya tariknya sekali kekuasaan itu mengasyikan maka pada waktu yang bersamaan iapun telah siap untuk bau. Bagai bangkai di sisa hidupnya.
Karenanya tidaklah mengherankan, bia seseorang di awal kekuasaannya adil, terbuka dan demokratis, tetapi lama kelamaan justru bersikap represip, zalim dan tirani, semua itu dia lakukan tidak lain demi mempertahankan kekuasaan agar yang sedang digenggam itu tidak jatuh ke tangan orang lain. Sejarah kekuasaan di planet bumi ini selalu seperti itu, yakni pola mempertahankan diri di menara gading kekuasaan.
Andai setiap orang yang memegang kwkuasaan menyadari hakekat kekuasaan semata-mata bagaikan mandi di pancuran, bergiliran, tidak akan ada yang berdusta, berbohong atau sampai menggunakan meriam, tank atau bom atau bahkan mengerahkan pasukan berani mati demi mempertahankan kekuasaannya. Jika memperolehnya secara illegal, begitu pula menggunakannya serta mempertahankannya, alangkah nistanya harga diri seorang penguasa.


Kekuasaan itu betapapun kuat dan hebatnya, pasti akan hancur juga seiring dengan perputaran zaman, dan selalu akan digantikan oleh kekuasaan lainnya. Bias lebih baik dari pendahulunya dan itulah doa dan harapan kita. Tak ada salahnya bila orang orang tua berpesan dengan sangat sederhana, “jika ingin jatuh, jatuhhlah seperti kueni, tidak seperti nangka”.
Jadi kalau sadar akan hal ini, semestinya setiap penguasa siapapun dia, pasti akan berlomba-lomba memaknai kekuasaannya sebagai bagian dari tanggung jawab keimanannya kepada Allah swt untuk menolong ummat manusia dan warga. Kekuasaan yang mampu memberikan kepada mereka apa yang menjadi hak-hak mereka dan menahan dari mereka apa-apa yang bukan hak dan beban mereka. Itu sajalah kekuasaan yang dapat menolong. Selebihnya…………..?. Justru akan menjadi beban, baik sekarang maupun akan datang.
Allah swt berfirman dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 26 :
26. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Pada akhirnya, mengupayakan sebuah kekuasaan yang dapat menolong adalah sebuah keharusan. Keharusan mana baru akan klop dan tercapai jika ada pula pihak yang dengan suka rela menolong, berarti sama dengan menyelamatkan sebuah upaya penyelamatan kemanusiaan yang dimiliki para warga. Disinilah letak tanggung jawab seorang yang memiliki nurani murni, bukan karena memberi sedikit dan mengharap banyak. Sesuatu yang berawal dari keikhlasan maka iapun akan bermuara pada kedamaian dan ketentraman bagi smua. Insya allah.

Binjai, Zulkaedah 431 H

Minggu, 07 November 2010

Bonus dari Sunnah

Suatu ketika Rasulullah saw sedang duduk bareng dengan sahabat, tiba-tiba muncul serombongan suku Mudhor dengan penampilan yang memprihatinkan, pakaian compang camping, wajah lesu tak memiliki gairah hidup, gambaran dari kepapaan dan kemiskinan. Setelah menerima kehadiran kafilah tadi, maka Rasulpun mengajak sahabat duduk untuk mengumpulkan bantuan bagi meringankan beban serta penderitaan sesama Muslim. Sampai akhirnya tidak seorangpun yang tidak terlibat dalam acara gerakan amal saleh (gas) itu.
Dengan wajah berseri, Rasul saw kemudian memberi arahan “Siapa saja yang memberi contoh prilaku yang baik dalam Islam, maka ia mendapat pahala kebaikannya dan mendapatkan pahala dari sejumlah orang yang meniru perbuatannya itu tanpa mengurangi pahala bagian si peniru. Dan barang siapa yang pertama memberi contoh prilaku yang jelek dalam Islam, maka ia mendapatkan dosa kejahatan itu, sekaligus juga akan menuai dosa tambahandari setiap peniru perbuatannya”. Hadits riwayat Muslim dari Jarir bin Abdullah. Kalimat asli dari uraian itu adalah “Man sanna fil islami sunnatan hasanatan”. Sanna bermakna kebiasaan, tradisi, pelaku pertama. Kemudian dalam keseharian sering kita mendengar kata Sunnat dan Sunnah.
Kata Sunat dalam perbendaharaan kita biasa difahami sunat Rasul atau khitan dan bisa juga hukum pelaksanaan dari suatu ibadah/ kebaikan. Sementara “Sunnah” perlakuan yang dianggap baik oleh Nabi saw dan kemudian dijadikan Beliau sebagai perilaku di sepanjang hayatnya. Kata Sunnah itu kemudian difahami secara sderhana dengan tradisi hidup Nabi saw.
Tentang tawsiyah “Siapa saja yang memberi contoh perilaku yang baik dalam Islam” mengandung makna, penggagas suatu aktifitas yang belum ada sebelumnya, tidak bertentangan dengan roh ajaran Islam dan penggagas itu adalah Muslim, bukan yang berkaitan dengan suatu Ibadah yang telah memiliki acuan yang pasti. Rasanya kita perlu bertanya, siapakah penemu tempe, tahu, tape, peternakan lebah, system okulasi, system pen cangkokan dan seterusnya dimana penemuan mereka sudah banyak memberi manfaat dan mashlahat bagi kehidupan umat. Disamping mereka sendiri sudah mengambil manfaat dari penemuannya, nereka juga akan menuai pahala dari generasi pelestari dan pemanfaatnya.
Firman Allah dalam Al Quran surat An Nahl ayat 97 yang artinya:

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[ dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan".

Sayang sekali jika penemu itu tidak seorang Muslim yang ia dapati hanya “Nama” tanpa lampiran pahala. Selanjutnya “Waman sanaa fil Islami sunnatan sayyiatan” dan siapa saja yang pertama kali memberi contoh perilaku jelek dalam Islam, orang yang pertama menggagas sesuatu yang menurut Islam dilarang, maka dosa yang akan ia terima termasuk dosa “bonus” dari para pelaku yang meniru hingga hari akhir.
Jika misalnya seseorang perancang pakaian “orang miskin” yang jelas-jelas pemakainya berpakaian tapi seolah tidak berbusana, kemudian disukai oleh para yang suka, lantas siperancang memahami bahwa rancangannya salah lalu ia bertobat dan menyesal maka dosanya waktu merancang telah dimaafkan Allah swt. Tapi bagaimana dengan hasil karya yang terlanjur bertabur di masyarakat ? Sipenggagas belum sempat bertaubat ?. Bagaimana pula dengan perancang tarian erotis, goyang gergaji, goyang ngebor misalnya. Begitu pula dengan seorang tokoh agama yang bersalah mengeluarkan fatwa, mengatakan halal padahal ada dalil mengharamkan, mengatakan khilafiyah, padahal tidak ada dalil. Sebab maksud khilafiyah itu adalah suatu dalil apakah itu ayat atau hadist yang penafsirannya sangat memungkinkan untuk lebih dari satu. Hal ini sangat dimungkinkan karena kekayaan dari makna bahasa Arab itu sendiri. Tapi sesuatu yang tidak punya dalil, kemudian dikatakan khilafiyah, tentu akibatnya sangat runyam.
Bila seorang ahli kesehatan, apakah itu alumni sekolahan atau hanya sekedar tradisionil.salah praktek, maka resikonya hanya mengakibatkan cacat seumur hidup atau meninggal. Namun jika seorang penggagas tradisi salah, maka yang akan dipanennya adalah murka Allah swt.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan :
1. Betapa Islam sangat menghargai seorang penggagas sesuatu yang bermanfaat bagi kemashlahatan umat dan betapa pula Islam mencela seseorang yang mengaku Ihsan, namun hanya berpikiran sesaat.
2. Betapa Islam “memanjakan” fikiran seseorang manusia dalam merenung mencari ide dan kenyataannya itu tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan oleh pencipta manusia itu sendiri.
3. Sudahkan ada gagasan yang kita lahirkan sepanjang perjalanan hidup kita baik dalam ruang lingkup yang paling kecil sekalipun, misalkan untuk putra putrid kita.
4. Termasuk manusia yang paling baik, jika orang lain dapat merasakan makna kehadirannya dalam hidup ini, dan makna itu akan tetap pula dinikmati meski jasad dan roh telah kembali ke asalnya.
5. Betapa Allah swt dan RasulNyua memandu kita untuk berbuat lebih lama dan lebih panjang dari jatah usia kita sendiri. Hendaknya kearah ini kita berpacu.


Binjai, awal Zulkaedah 1431 H
Drs. Fuad
Guru SMP Muhammadiyah 12 Binjai.
Email : Adek_Afsar@yahoo.com

Jumat, 05 November 2010

Din Syamsuddin dan Buya Risman Mukhtar, di Binjai


Beberapa waktu lalu, Ketua PP Muhammadiyah Bapak Prof. Dr. H. Dien Syamsuddin, MA berkenan singgah ke Komplek Gedung Dakwah PDM Kota Binjai da- lam rangka shilaturrahiem dengan keluarga besar Muhammadiyah Kota Binjai. Dalam tausiyah singkatnya, Beliau menyatakan rasa syukurnya dapat hadir di tengah-tengah warga Muhammadiyah kota Binjai mengingatkan sudah 2 kali PDM Binjai mengharap kan kehadiran Beliau tapi baru kali ini dapat terwujud. Beliau juga mengingatkan seluruh warga Muhammadiyah untuk tetap istiqamah bermuhammadiyah dan siap meramaikan Yogyakarta dalam rangka Muktamar 1 Abad Muhammadiyah. Dalam tausiyah lainnya, Pak Dien juga memperkenalkan kepada warga Muhammadiyah kota Binjai, adik Beliau yang akan maju dalam Pemilu kada Binjai, yakni Ir. H. Meutya Viada Hafid, mantan reporter Metro TV. Beliau juga mengingatkan bahwa secara organisasi Muhammadiyah haram hukumnya dukung mendukung calon. Setelah sholat jum’at di mesjid taqwa muhammadiyah di ranting cengkehturi, Beliau masih menyempatkan beramah tamah dengan pengurus PD Muhammadiyah Kota Binjai di rumah Ir. Irwan Yusuf, Ketua DPD PAN Binjai yang juga mantan ketua PD Pemuda Muhammadiyah Binjai..
Kehadiran Bapak Prof. Dr. H. Dien Syamsuddin, MA ke Binjai atas undangan Panitia Pelaksana Tabligh Akbar yang di panitiai oleh Angkatan Muda Muhammadiyah khususnya PD Pemuda Muhammadiyah bekerja sama dengan Pasangan Calon Walikota Binjai H. Dhani Setiawan Isma, S.Sos dan Ir. Hj. Meutya Viada Hafid. Tabligh akbar bertema Pererat Ukhuwah, Wujudkan Pemilukada Binjai Tahun 2010 Secara Damai dilaksanakan Bakda Jumat bertempat di Gedung Olah Raga (GOR) Binjai. Dalam bagian tausiyahnya Beliau mengajak seluruh yang berhadir, khusunya warga dan simpatisan per syarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam rangka Pemilukada Binjai tersebut. Acara yang digelar pada hari jumat tersebut cukup mendapat antusias masyarakat khusus nya dari warga Persyarikatan.
Besok malamnya, Buya Risman Mukhtar berkenan pula hadir ke Binjai. Kehadir an Beliau di Binjai disela-sela Muktamar Partai Bulan Bintang III di Hotel Tiara Medan selaku peninjau. Buya Risman Mukhtar sekretaris MTDK PP Muhammadiyah dalam tausiyah silaturahimnya menyatakan rasa syukurnya karena dapat hadir di tengah-tengah warga Persyarikatan dan mengingatkan perlunya meningkatkan komitmen bermuhammadiyah secara ikhlas. Muhammadiyah adalah ladang beramal. Semua warga persyarikatan wajib mengawal Muhammadiyah yang sudah berusia 100 tahun dari rongrongan faham-faham yang menyalahi garis aturan yang telah baku di Persyarikatan Muhammadiyah. Sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Tabligh Beliau juga mengingatkan bahwa kehadiran majalah Tabligh bertujuan hanya dua, membendung ghazwul fikri dan membuka kedok-kedok kristenisasi. Dari manapun datangnya penyimpangan pola pikir yang tidak sesuai dengan garisan Persyarikatan, majalah Tabligh akan meluruskannya. Ketegasan tersebut Beliau sampaikan menjawab pertanyaan salah seorang audiens yakni Bp. As Adinata S.PdI, Beliau wakil ketua PW Muhammadiyah Sumatera Utara yang berdomisili di Binjai. Acara yang digelar bakda maqrib dan diteruskan bakda isya, membawa wawasan baru, pencerahan bagi warga persyarikatan. Beliau juga mengingatkan utusan Muktamar 1 Abad Muhammadiyah untuk turut mengawal Muhammadiyah dengan menggunakan hak pilihnya dengan cerdas, dengan tidak memilih orang-orang berfaham liberal. Karena ada indikasi di kalangan Persyarikatan untuk menyederhanakan masalah faham liberal ini.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops